Oleh : Muhamad Rohman Obet
Hari
jadi Kota Surabaya ditetapkan berdasar pada keberhasilan Raden Wijaya dalam
mempecundangi Pasukan Mongol di daerah Ujung Galuh (Surabaya). Istilah Surabaya
sendiri berasal dari kata Chura Baya yang terdapat pada prasasti Trowulan I
yang berangka tahun 1358.
Namun
dalam perkembangannya sebagian kalangan berpendapat bahwa simbol-simbol
tersebut dianggap berlebihan. Perjuangan Raden Wijaya mempencundangi Pasukan
Mongol dianggap sebagai buah dari kelicikan, karena pada awalnya Pasukan Mongol
merupakan sekutu dari Raden Wijaya dalam melakukan pemberontakan kepada
Jayakatwang yang merupakan seorang Bupati Gelanggelang (Sekarang Kediri) yang
berhasil mengambil alih Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, Sehingga
terdapat dua pendapat mengenai hal ini. Sebagian kalangan menganggap bahwa
Keberhasilan Raden Wijaya merupakan bentuk kepahlawan, Sebagian lagi mengaggap
bahwa Keberhasilan Raden Wijaya merupakan bentuk pengkhianatan.
Sah-sah
saja apabila sebagian orang mengaggap hal tersebut sebagai bentuk kepahlawanan,
Karena Kerajaan Mongol pada masa tersebut merupakan salah satu kerajaan terkuat
pada abad ke-13 M. Tercatat hanya Raden Wijaya yang berhasil mempecundangi
Pasukan Mongol. Pada masa kejayaannya wilayah dari Kerajaan Mongol melebihi
wilayah kekuasaan semua penguasa yang pernah tercatat dalam sejarah, bahkan
melebihi wilayah kekuasaan Alexander dan Khalifah-khalifah Islamiyah.
Sampai-sampai
pada masa tersebut hanya mendengar nama Kerajaan Mongol, Kerajaan-kerajaan yang
akan diserbu langsung gemetar. Beberapa Kerajaan langsung kalah pada hari
pertama kedatangan Pasukan Mongol, bahkan ada Kerajaan yang langsung menyerah.
Pada
masa kejayaannya wilayah Kerajaan Mongol meliputi Rusia, Asia Tengah, Cina,
Manchuria, Irak, Parsi, Polandia, Tibet, dan Asia Tenggara. Pasukan Mongol
mempunyai kemampuan berperang diatas rata-rata, Sehingga menjadi terkenal pada
masanya.
Dalam
sederetan penaklukan kerajaan-kerajaan yang dilakukan oleh Pasukan Mongol
terdapat kerajaan yang dengan nekat berani menantang kerajaan Mongol. Kerajaan
tersebut berada di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Singosari yang pada saat itu
dipimpin oleh Kertanegara yang merupakan mertua dari Raden Wijaya.
Ketika
pada tahun 1289 Kerajaan Singosari didatangi oleh Meng Ki yang merupakan utusan
langsung dari Kaisar Kubilai Khan yang menjadi Raja dari Kerajaan Mongol untuk
tunduk kepada Kerajaan Mongol, Kertanegara justru memotong telinga utusan dari
Kerajaan Mongol tersebut dan menyuruhnya untuk pulang.
Menyadari
tindakannya akan dibalas dan cepat atau lambat akan berhadapan dengan Pasukan
dari Kerajaan Mongol, Kertanegara memperluas kekuasaannya. Pada masa
kejayaannya wilayah kekuasaan Kerajaan Singosari meliputi Sumatera, Bakulapura
(Kalimantan Barat), Sunda (Jawa Barat), Madura, Bali dan Gurun (Maluku).
Sayangnya
karena terlalu sibuk mengirim pasukan untuk memperluas wilayah justru Kerajaan
Singosari lengah dalam pertahan di dalam negeri sendiri, sehingga pada tahun
1292 yaitu 3 tahun paska insiden pemotongan telinga dari utusan Kerajaan
Mongol, Jayakatwang seorang bupati dari Gelanggelang (Sekarang Kediri)
melakukan pemberontakan dan membunuh Kertanegara.
Jayakatwang
sendiri sebenaranya merupakan keluarga dari Kertanegara, Namun akibat dendam
turun-menurun yang diwariskan oleh masa lalu, Jayakatwang memutuskan untuk
memberontak dan mengkudeta Kertanegara dari singgasana Kerajaan Singosari.
Jayakatwang
tidak tahu bahwa dia harus mewarisi permusuhan dari kudeta yang dilakukannya
tersebut. Jayakatwang tidak menduga bahwa akan mewarisi permusuhan dengan
Kerajaan Mongol, Selain itu Raden Wijaya yang merupakan menantu dari
Kertanegara juga memendam dendam akibat kudeta yang dilakukan oleh Jayakatwang.
Pada
tahun 1293 yaitu empat tahun setelah insiden pemotongan telinga, Pasukan Mongol
datang ke Jawa dengan tujuan untuk membalas tindakan dari Kertanegara yang
telah memotong telinga utusan Kerajaan Mongol sekaligus menghancurkan Kerajaan
Singosari.
Ketidaktahuan
Pasukan Mongol dengan kudeta yang telah dilakukan oleh Jayakatwang dimanfaatkan
oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya membantu Pasukan Mongol dalam penyerbuannya ke
Singosari dan berhasil menumbangkan Jayakatwang.
Setelah
kemenangan tersebut Pasukan Mongol berpesta pora dengan mabuk-mabukan. Raden
Wijaya yang tidak ingin Jawa dikuasai oleh Kerajaan Mongol mencari keuntungan
dari Pasukan Mongol yang sedang mabuk. Raden Wijaya menumpas dan berhasil
mempencundangi Pasukan Mongol karena Pasukan Mongol tidak menduga akan terjadi
serangan.
Penyerangan
tersebut terjadi pada tahun 1293 di Ujung Galuh (Sekarang Surabaya) dan
dijadikan dasar sebagai hari jadi Kota Surabaya. Dengan strateginya Raden
Wijaya berhasil mengalahkan Pasukan Mongol yang dianggap sebagai kekuatan
terkuat di dunia pada abad ke 13 tersebut. Lantas anggapan pengkhianatan atas
tindakan Raden Wijaya ini tergantung pada perspektif masing-masing, Karena pada
dasarnya Raden Wijaya tidak ingin tanah jawa dikuasai oleh Pasukan dari
Kerajaan Mongol.

0 komentar:
Posting Komentar