Raden Wijaya, Pahlawan atau Pengkhianat?

by 06.06 0 komentar

Oleh : Muhamad Rohman Obet

Hari jadi Kota Surabaya ditetapkan berdasar pada keberhasilan Raden Wijaya dalam mempecundangi Pasukan Mongol di daerah Ujung Galuh (Surabaya). Istilah Surabaya sendiri berasal dari kata Chura Baya yang terdapat pada prasasti Trowulan I yang berangka tahun 1358.
Namun dalam perkembangannya sebagian kalangan berpendapat bahwa simbol-simbol tersebut dianggap berlebihan. Perjuangan Raden Wijaya mempencundangi Pasukan Mongol dianggap sebagai buah dari kelicikan, karena pada awalnya Pasukan Mongol merupakan sekutu dari Raden Wijaya dalam melakukan pemberontakan kepada Jayakatwang yang merupakan seorang Bupati Gelanggelang (Sekarang Kediri) yang berhasil mengambil alih Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, Sehingga terdapat dua pendapat mengenai hal ini. Sebagian kalangan menganggap bahwa Keberhasilan Raden Wijaya merupakan bentuk kepahlawan, Sebagian lagi mengaggap bahwa Keberhasilan Raden Wijaya merupakan bentuk pengkhianatan.
Sah-sah saja apabila sebagian orang mengaggap hal tersebut sebagai bentuk kepahlawanan, Karena Kerajaan Mongol pada masa tersebut merupakan salah satu kerajaan terkuat pada abad ke-13 M. Tercatat hanya Raden Wijaya yang berhasil mempecundangi Pasukan Mongol. Pada masa kejayaannya wilayah dari Kerajaan Mongol melebihi wilayah kekuasaan semua penguasa yang pernah tercatat dalam sejarah, bahkan melebihi wilayah kekuasaan Alexander dan Khalifah-khalifah Islamiyah.
Sampai-sampai pada masa tersebut hanya mendengar nama Kerajaan Mongol, Kerajaan-kerajaan yang akan diserbu langsung gemetar. Beberapa Kerajaan langsung kalah pada hari pertama kedatangan Pasukan Mongol, bahkan ada Kerajaan yang langsung menyerah.
Pada masa kejayaannya wilayah Kerajaan Mongol meliputi Rusia, Asia Tengah, Cina, Manchuria, Irak, Parsi, Polandia, Tibet, dan Asia Tenggara. Pasukan Mongol mempunyai kemampuan berperang diatas rata-rata, Sehingga menjadi terkenal pada masanya.
Dalam sederetan penaklukan kerajaan-kerajaan yang dilakukan oleh Pasukan Mongol terdapat kerajaan yang dengan nekat berani menantang kerajaan Mongol. Kerajaan tersebut berada di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Singosari yang pada saat itu dipimpin oleh Kertanegara yang merupakan mertua dari Raden Wijaya.
Ketika pada tahun 1289 Kerajaan Singosari didatangi oleh Meng Ki yang merupakan utusan langsung dari Kaisar Kubilai Khan yang menjadi Raja dari Kerajaan Mongol untuk tunduk kepada Kerajaan Mongol, Kertanegara justru memotong telinga utusan dari Kerajaan Mongol tersebut dan menyuruhnya untuk pulang.
Menyadari tindakannya akan dibalas dan cepat atau lambat akan berhadapan dengan Pasukan dari Kerajaan Mongol, Kertanegara memperluas kekuasaannya. Pada masa kejayaannya wilayah kekuasaan Kerajaan Singosari meliputi Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Sunda (Jawa Barat), Madura, Bali dan Gurun (Maluku).
Sayangnya karena terlalu sibuk mengirim pasukan untuk memperluas wilayah justru Kerajaan Singosari lengah dalam pertahan di dalam negeri sendiri, sehingga pada tahun 1292 yaitu 3 tahun paska insiden pemotongan telinga dari utusan Kerajaan Mongol, Jayakatwang seorang bupati dari Gelanggelang (Sekarang Kediri) melakukan pemberontakan dan membunuh Kertanegara.
Jayakatwang sendiri sebenaranya merupakan keluarga dari Kertanegara, Namun akibat dendam turun-menurun yang diwariskan oleh masa lalu, Jayakatwang memutuskan untuk memberontak dan mengkudeta Kertanegara dari singgasana Kerajaan Singosari.
Jayakatwang tidak tahu bahwa dia harus mewarisi permusuhan dari kudeta yang dilakukannya tersebut. Jayakatwang tidak menduga bahwa akan mewarisi permusuhan dengan Kerajaan Mongol, Selain itu Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanegara juga memendam dendam akibat kudeta yang dilakukan oleh Jayakatwang.
Pada tahun 1293 yaitu empat tahun setelah insiden pemotongan telinga, Pasukan Mongol datang ke Jawa dengan tujuan untuk membalas tindakan dari Kertanegara yang telah memotong telinga utusan Kerajaan Mongol sekaligus menghancurkan Kerajaan Singosari.
Ketidaktahuan Pasukan Mongol dengan kudeta yang telah dilakukan oleh Jayakatwang dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya membantu Pasukan Mongol dalam penyerbuannya ke Singosari dan berhasil menumbangkan Jayakatwang.
Setelah kemenangan tersebut Pasukan Mongol berpesta pora dengan mabuk-mabukan. Raden Wijaya yang tidak ingin Jawa dikuasai oleh Kerajaan Mongol mencari keuntungan dari Pasukan Mongol yang sedang mabuk. Raden Wijaya menumpas dan berhasil mempencundangi Pasukan Mongol karena Pasukan Mongol tidak menduga akan terjadi serangan.

Penyerangan tersebut terjadi pada tahun 1293 di Ujung Galuh (Sekarang Surabaya) dan dijadikan dasar sebagai hari jadi Kota Surabaya. Dengan strateginya Raden Wijaya berhasil mengalahkan Pasukan Mongol yang dianggap sebagai kekuatan terkuat di dunia pada abad ke 13 tersebut. Lantas anggapan pengkhianatan atas tindakan Raden Wijaya ini tergantung pada perspektif masing-masing, Karena pada dasarnya Raden Wijaya tidak ingin tanah jawa dikuasai oleh Pasukan dari Kerajaan Mongol. 

0 komentar:

Posting Komentar