Oleh : Muhamad Rohman Obet
Surabaya merupakan Ibu Kota
dari Provinsi paling kaya di Indonesia yaitu Jawa Timur. Surabaya menjadi kota
metropolitan terbesar kedua di Indonesia. Surabaya menyimpan berbagai cerita
menarik khususnya bagi Mahasiswa yang untuk sementara menetap di Surabaya guna
keperluan pendidikan.
Mendengar kata Surabaya
pastilah akan ada beberapa Sterotipe seperti
kotanya yang panas, orang-orangnya kasar dengan imbuhan Jancok disela-sela omongannya, BONEK
atau akronim dari Bondo Nekat yang merupakan supporter dari Persebaya dan masih
banyak lagi. Banyak sekali sterotipe yang negatif terkait dengan Surabaya.
Sebagai orang yang berpendidikan seharusnya tidak mengamini langsung hal
tersebut dengan Letterlijk atau dalam
Bahasa Jawanya adalah “Saklek” langsung mentah-mentah mengamini sebagai suatu
kebenaran. Seperti tuilsan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul
Bumi Manusia yang juga mengambil latar di Kota Surabaya “Jangan Ikut-Ikutan
Jadi Hakim Tentang Perkara Yang Tidak Diketahui Benar Tidaknya”.
Orang-orang Surabaya
dianggap kasar karena logat bicaranya yang berbeda dengan logat Jawa Mataraman.
Surabaya sendiri karena kebudayaannya adalah kebudayaan Arek tentunya mempunyai
ciri khas dan identitas sendiri dibandingkan dengan kebudayaan lain seperti
Jawa Mataraman, Jawa Pandalungan dll. Selain itu, Orang Surabaya selalu
menggunakan imbuhan kata “Jancok” disetiap sela omongannya. Hal tersebutlah
yang menjadi aneh ketika dibawa di daerah dengan kebudayaan lain. Orang
Surabaya sangatlah identik dengan kata tersebut, bahkan ada yang dengan bangga
menyatakan bahwa kata “Jancok” adalah asli Surabaya dan menjadi identitas dari
Kota Surabaya.
Dengan gaya bicara khas
Surabaya yang blak-blakan tersebut, menjadikan Arek-Arek Suroboyo sebutan bagi
orang Surabaya mempunyai tingkat keakraban satu sama lain yang tinggi. Tidak
hanya itu, bahkan kata “Jancok” sendiripun dijadikan sebagai nama makanan dan
merchandise khas dari Kota Surabaya.
Surabaya memang Kota
terpanas yang selama ini Saya (Penulis ) jumpai. Namun dibalik panasnya Kota
Surabaya tersebut, menyimpan berbagai cerita yang menarik khususnya bagi para
Mahasiswa. Di Kota Surabaya inilah banyak orang-orang ternama lahir. “Surabaya
Lebih Besar Dari Yang Kau Kira” itulah judul dari tulisan isinya akan dibagi
dalam beberapa poin penting, diantaranya :
A.
Tempat
Bagi Ditaklukkannya Pasukan Mongol
Pasukan Mongol tentunya
tidak asing di telinga Kita. Kebesaran pasukan ini akibat ekspansinya yang luar
biasa dengan menaklukkan daerah daerah yang diinginkannya membuat Pasukan Mongol
ditakuti di Dunia pada masa itu. Sebagian bahkan sudah menyerah terlebih dahulu
sebelum adanya pertempuran.
Tapi tidak banyak yang tahu
bahwa Pasukan sebesar Mongol tersebut pernah di pecundangi di Pulau Jawa
tepatnya di Ujung Galuh yang sekarang bernama Surabaya. Hal tersebut terjadi
setelah Raden Wijaya yang menjadi Raja Majapahit membantai Pasukan Mongol
setelah berhasil menumpas Jayakatwang yang menduduki singgasana Kerajaan
Singosari.
Setelah kemenangan dalam
pertempuran melawan Pasukan Jayakatwang dengan bantuan Raden Wijaya, Pasukan
Mongol berpesta pora hingga mabuk. Rencana Raden Wijaya pun berjalan. Raden
Wijaya yang tidak ingin Pulau Jawa dikuasai oleh Pasukan Mongol menyerang
Pasukan Mongol yang sedang mabuk berat tersebut. Akhirnya Pasukan Mongolpun
kalang kabut dan untuk pertama kalinya mengalami kekalahan dan itu terjadi di
Surabaya. (Sumber Buku Gara-Gara Indonesia Karya Agung Pribadi)
B.
Tempat
Bagi Pendidikan Para Mubaligh
Di Surabaya terdapat daerah
yang dikenal dengan Daerah Ampel Denta atau Ampel. Tentunya tidak asing lagi
ditelinga, karena Ampel merupakan tempat bagi Sunan Ampel atau Raden
Rahmatulloh. Sunan Ampel dikenal sebagai guru dari para mubaligh. Dari Beliau
lahir para mubaligh yang dengan gencarnya menyebarkan Islam di Nusantara.
Rasanya tidak akan afdhol apabila Ziarah Wali tidak berkunjung di Makam Beliau
Karena Beliau sendiri merupakan guru besar bagi para wali yang ada khusunya di
Pulau Jawa.
Nasehat dari Sunan Ampel
selalu dijadikan pedoman bagi beberapa pembesar Jawa pada saat itu. Ada sumber
juga yang menyatakan bahwa Kerajaan sebesar Majapahitpun akan mendengarkan
nasehat-nasehat dari Sunan Ampel yang dikenal dengan ajaran “Moh Limo”
tersebut. Surabaya pada masa Sunan Ampel menjadi pusat bagi pertumbuhan agama
Islam.
C.
Kota
Pelabuhan Terbesar di Asia Pada Masa Hindia Belanda
Mungkin banyak yang belum
mengetahui bahwa Surabaya dimasanya pernah besar dan jaya dengan penghasilan
utamanya yaitu Perkebunan Tebu. Kebesaran Surabaya tersebut terjadi pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Dalam tulisan Pak Sarkawi yang merupakan dosen
dari Jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Airlangga yang dimuat di Jawa Pos
edisi tanggal 6 Maret 2016 menyebutkan bahwa pembangunan berbagai infrastruktur
seperti rel kereta api, galangan kapal, dan industri, serta penggunaan tenaga uap
untuk menggiling tebu membuat Surabaya menjadi salah satu kota pelabuhan modern
terbesar di Asia.
Hal tersebut merupakan fakta
yang menarik dan belum banyak orang yang mengetahuinya bahwa Surabaya pernah
menjadi Kota Terbesar di Asia. Sisa-sisa kebesarannyapun masih ada. Sebagian
masyarakat menyuarakan kebesaran Kota Surabaya dengan lantunan lagu “Rek..Ayo
Rek..Mlaku-Mlaku Nang Tujungan”. Lagu tersebut merupakan salah satu bentuk
memori masyarakat Surabaya akan kebesaran Surabaya yang disuarakan melalui
lagu.
D.
Latar
Bagi Novel Fenomenal Berjudul “Bumi Manusia” Yang Ditulis Oleh Pramoedya Ananta
Toer
Kebesaran Kota Surabaya juga
digambarkan dalam novel Bumi Manusia. Novel Bumi Manusia berangkat dari
Non-Fiksi dengan latar-latar tempat yang benar-benar ada. Membaca Novel
tersebut akan membuat kecintaan terhadap Kota Surabaya menjadi besar. Selain itu,
didalamnya terdapat banyak Quote yang
menarik. Perkembangan intelektual di Kota Surabaya pada masa Hindia Belanda
dikisahkan dalam buku tersebut.
E.
Tempat
Pendidikan Awal Bung Karno
Bung Karno Sang Revolusioner
merupakan orang yang lahir di Surabaya. Tidak seperti yang kebanyakan orang
ketahui saat ini yang menyatakan bahwa Bung Karno berasal dari Blitar. Bung
Karno pun mendapat didikan dari Kota Surabaya yang tentunya berpengaruh bagi
perkembangan intelektual beliau. Orang yang berpengaruh bagi Dunia tersebut
dulunya merupakan murid dari H.O.S Cokroaminoto yang merupakan pemimpin dari Sarekat
Islam. Beliau berguru di H.O.S Cokroaminoto bersama dengan Semaun dkk. Selain
itu, Bung Karno juga mendapatkan pendidikan di Sekolah milik Belanda yaitu HBS
atau Hoogere Burger School.
Siapa yang tek kenal dengan
Bung Karno. Ketenaran beliau bahkan hampir di seluruh dunia dengan kegigihan
beliau menentang Kolonialisme. Bung Karno menjadi inspirasi bagi negara-negara
lain yang dijajah sehingga banyak sekali negara-negara yang merdeka setelah
Indonesia merdeka salah satunya berkat Konferensi Asia Afrika yang diadakan
pada masa pemerintahan Bung Karno.
\
F.
Kota
Sepak Bola
“Kota Sepak Bola Itu Bernama
Surabaya”. Ya, itu adalah salah satu tulisan dari Ahmad Arif Chusnuddin yang
merupakan kakak tingkat saya di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga. Tulisan
tersebut tentunya tidak tanpa dasar karena Surabaya memang dimasanya pernah
dikenal dengan kebesaran klub Sepak Bolanya. Klub Sepak Bola di Surabaya selalu
mendominasi di berbagai Kompetisi.
Sepak Bola sendiri dibawa
oleh Orang-orang Belanda yang kemudian dikenalkan kepada penduduk pribumi. Dengan
cepatnya sepak bola menjadi populer di Surabaya. Terbukti dengan berdirinya
beberapa Bond sebutan untuk klub
sepak bola dalam bahasa belanda mulai seperti Soerabaiasche Voetbal Bonda milik
Belanda dan Soerabaiasche Indische Voetbal Bond milik pribumi yang sekarang
dikenal dengan nama Persebaya. Selain itu, HBS atau Hoogere Burger School disebutkan juga mempunyai klub sepak bola
sendiri yang cukup terkenal. Soerbaiasche Indische Voetbal Bond atau yang
sekarang dikenal sebagai Persebaya juga menjadi pelopor bagi berdirinya PSSI
(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).
Setelah kemerdekaan tepatnya
pada tahun 80-an, Surabaya menjadi tempat bagi klub-klub besar yang mendominasi
di berbagai kompetisi nasional. Mulai dari Persebaya di Liga Perserikatan dan
Niac Mitra dan Asyabab yang bermain di Liga Galatama. Banyak sekali tim-tim
sepak bola dunia yang pernah bertanding melawan klub-klub besar Surabaya.
Bahkan klub sebesar Arsenal pun pernah kalah oleh klub dari Surabaya yaitu Niac
Mitra.
Kebesaran Surabaya pun juga
diiringi dengan pendukung klub sepak bola tersebut. Bonek akronim jawa dari
Bondo Nekat merupakan supporter dari Persebaya. Bonek dulunya dikenal dengan
nama Green Force yang kemudian berganti sebutan Bonek. Bonek sendiri berawal dari semangat Arek-Arek Suroboyo yang berperang melawan tentara sekutu. Peperangan tersebut merupakan perang terbesar yang ada setelah perang dunia kedua. Arek-arek Suroboyo dengan Bondo Nekatnya hanya menggunakan senjata seadanya untuk berperang melawan sekutu.
Bonek merupakan Pelopor
bagi supporter modern yang ada di Indonesia. Bonek adalah supporter yang
pertama kali mengadakan tour ke luar kandang atau away. “Tret…Tet” adalah istilah untuk tour ke luar kandang bagi
Bonek. Bonek juga menjadi pelopor bagi adanya keseragaman bagi pendukung atau
supporter. Bonek dengan warna khasnya yaitu ijo berbondong-bondong datang
dimanapun tempat Persebaya bermain. (Sumber Buku Bonek Karya Fajar Junaedi)
Mahasiswa dengan Bonek
tentunya tidak asing lagi. Banyak dari mereka bahkan memilih kuliah di Surabaya
tujuannya hanyalah agar mudah untuk menonton Persebaya berlaga. Kecintaan Mahasiswa
dengan Persebaya dibuktikan dengan munculnya banyak komunitas Bonek yang
mengatasnamakan Kampus.
Berikut adalah Surabaya
dengan segala kebesarannya. Jadi tidak ada alasan untuk kalian tidak betah
tinggal di Surabaya karena SURABAYA LEBIH BESAR DARI YANG KAU KIRA!







0 komentar:
Posting Komentar