Tampilkan postingan dengan label Surabaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Surabaya. Tampilkan semua postingan
 Oleh : Doni Pebruwantoro

Hari ini adalah tanggal 6 april yang diperingati sebagai hari nelayan. Saya ucapkan banyak terimakasih kepada para nelayan Indonesia atas jasa mereka yang telah menyumbangkan banyak devisa negara meskipun hidup mereka pas-pasan. Mungkin bukan hanya guru saja yang dibilang pahlawan tanpa tanda jasa dan bukan hanya TKI/TKW yang dibilang pahlawan devisa negara, mereka para nelayan adalah pahlawan tanpa tanda jasa sekaligus pahlawan devisa negara.
Luas negara Indonesia sebagian besar adalah perairan yang mencapai 70% dari total seluruh wilayah Indonesia, oleh karena itu Indonesia merupakan negara poros maritim terbesar di dunia. Ikan adalah salah satu harta karun yang tersimpang di dalam tumpukan air laut. Menurut data FAO 2014 hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia hampir mencapai 5,5 juta ton pada tahun 2012. Akan tetapi ironis rasanya jika kita melihat kehidupan sehari-hari nelayan di pesisir pantai, jauh dari kata mewah dan hedonisme. Kemudian kemana larinya uang hasil tangkapan ikan sebanyak 5,5 juta ton tadi? Apakah hanyut ditelan ombak atau tenggelam ke dasar palung dunia? Entahlah kemana uang tersebut larinya, saya disini hanya ingin sedikit bertukar pikiran mengenai kebijakan pemerintah dimana diwakili oleh KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) tentang rencana pembuatan Undang-undang Perlindungan nelayan, petani garam dan petani budidaya. Apakah undang-undang tersebut penting? Menurut saya sangat penting, karena sebagai payung hukum yang nantinya dijadikan sebagai perlindungan bagi nelayan khususnya. Dan apakah kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut sudah relevan terhadapat kondisi nelayan dilapangan saat ini? Bagaimana win-win solution untuk mengurangi kontra di masyarakat? Manakah yang harus diselesaikan dulu, masalah edukasi, ekonomi atau ekologi? Mari saatnya membahas satu persatu dengan ditemani segelas susu dan sebait lagu hehehe.
Diatas saya sudah berpendapat bahwa saya mendukung pembentukan UU perlindungan nelayan. Selama ini nelayan hidup dalam ketidakpastian hukum, hidup dibawah mafia perikanan dan dipermainkan layaknya bola yang dilempar kesana kemari. Pembentukkan UU perlindungan nelayan ini diharap dapat menjamin kehidupan sosial dan ekonomi nelayan kearah lebih baik. Meskipun hasil dan efek dari pembuatan UU ini tidak bisa langsung dirasakan satu atau dua bulan karena semuanya butuh waktu dan merubah permasalahan yang kompleks seperti ini tidan semudah membalikkan telapak tangan. Mari kita sambut dengan tangan terbuka dan ikut mengawal niat baik pemerintah untuk pembangunan disektor maritim khususnya bidang perikanan. Dalam UU tersebut disebutkan dalam bagian kedua tentang sarana dan prasarana mulai pasal 14 sampai seterusnya bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang menunjang nelayan untuk beroprasi. Mulai dari kapal,  pelabuhan, jalur transpostasi darat dan masih banyak lagi. Niat baik pemerintah apakah akan kalian dustakan? Oh iya mungkin ini yang menjadi sedikit masalah dikalangan nelayan yaitu tentang pelarangan terhadap penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti cantrang. Nelayan mempermasalahkan karena dengan pelarangan tersebut hasil tangkapan mereka menurun drastis. Nelayan sudah terbiasa sejak dulu tapi mereka tidak sadar bahwa menggunakan perlatan tersebut dapat berakibat merusak ekosistem lingkungan laut. Sedikit melihat data statistik hasil tangakapan ikan dilaut Indonesia menunjukan bahwa terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Apakah yang terjadi? Efek dari illegal fishingatau dari penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan?
Penurunan hasil tangkap ikan disebabkan karena banyak faktor, contohnya adalah illegal fishing dan penggunaan alat tangkap. Maraknya illegal fishing sangat merugikan bagi bangsa Indonesia, berjuta-juta ton ikan Indonesia diangkut oleh kapal dari negara asing. Tetapi akhir-akhir ini masalah tersebut agak sedikit teratasi akibat dari pengawasan wilayah laut Indonesia oleh TNI AL. Kapal-kapal yang terbukti melakukan illegal fishing dibakar tanpa diberi ampunan. Yang menjadi masalah kali ini adalah penggunaan alat tangkap. Dalam peta navigasi daerah tangkapan ikan, sekarang laut jawa sudah melampaui ambang batas MSY (maximum suistanable year). Penangkapan yang terlalu berlebihan adalah penyebabnya. Semua ikan tertangkap oleh jaring nelayan baik itu ikan berukuran kecil maupun besar. Padahal ada ketentuan dari KKP yang menyatakan ukuran ikan yang boleh dijual dipasaran. Jangan salahkan orang lain jika tangkapan nelayan sekerang menurun drastis. Itu semua karena ulah mereka yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem laut. Pantas jika pemerintah melarang untuk pemakaian alat tangkap tak ramah lingkungan. Semua orang pasti tidak ingin bahwa hasil laut kita hilang atau bahkan punah. Oleh karena itu perlu diadakannya kontrol agar keseimbangan ekosistem dapat tercapai. Seolah-olah nelayan hanya bisa mengambil apa yang ada dilaut tanpa bisa menjaga keseimbangan laut.
Hasil tangkapan yang tidak pasti sudah menjadi masalah sehari-hari bagi nelayan. Beberapa solusi adalah dengan mengolah hasil tangkapan mereka menjadi produk olahan. Pengolahan dapat menaikkan nilai jual, yang semula ikan seharga Rp. 20.000 setelah diolah akan harganya bisa mencapai Rp. 100.000,00. Keuntungan yang didapatkan berkali-kali lipat. Saat tangkapan nelayan sepi, diharapkan dengan hasil penjualan produk olahan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Satu lagi solusi yaitu dengan membuat kawasan wisata kampung nelayan. Pembukaan tempat wisata dapat membuka lapangan perkerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
Di sini saya bukan bermaksud mengkambing hitamkan nelayan dan menganak emaskan pemerintah. Tapi mari kita saling bersinergi antara pemerinta, mahasiswa dan masyarakat nelayan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Pekerjaan rumah klasik yang dihadapi pemerintah dari tahun ketahun sama, hanya saja beban pemerintah semakin berat akibat dari krisis ekonomi global. Memberikan sosialisasi tetang kebijakan yang dibuat sangatlah penting agar tidak ada dusta diantara pemerintah dan nelayan serta tidak terjadi salah presepsi. Bisa dibilang nelayan Indonesia dalam bidang pendidikan sangat rendah jika dibandingkan dengan nelayan negara lain. Negara Jepang, nelayan adalah orang yang terdidik dengan kompetensi mumpuni. Norwegia dan Amerika nelayan yang berpendidikan tinggi ditunjang oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Nelayan Indonesia masih tetap saja memakai ilmu nenek moyang sebagai budaya mereka.

Tingkat pendidikan yang tinggi adalah salah satu indikator bahwa negara tersebut sudah maju. Seperti Pidato Perdana Menteri Jepang yang bertanya bahwa seberapa banyak guru yang tersisa setalah terjadi bom nuklir di Hirosima dan Nagasaki. Mengapa dia tak bertanya seberapa banyak pabrik yang tersisa atau seberapa banyak uang negara jepang? Dia tau bahwa pendidikan itu sangat penting dan menjadi kunci dalam upaya pembanguna sebuah negara. Negara hebat adalah negara yang berkarakter. Masalah klasik tentang pendidikan adalah masalah seluruh rakyat Indonesia. Membangun sebuah sistem pendidikan yang tepat bagi generasi muda calon pemimpin bangsa adalah tugas rumah kita bersama. Ingatkah kita akan hasil survei bahwa pada tahun 2045 Indonesia diprediksi menjadi negara emas yang banyak diisi oleh usia produktif. Kita yang natinya akan menjadikan negara ini sebagai Indonesia emas pada 2045 nanti. Kita yang akan memipin negara ini. Dan seorang pemimpin butuh sebuah karakter yang kuat. Karakter terbentuk karena sebuah proses yang lama bukan sesuatu yang instan. Oleh karena itu pentingnya pendidikan agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang kuat untuk membangun negara ini. Jayalah perikanan Indonesia, di laut kita jaya di darat kita sejahtera. JALESVEVA JAYAMAHE.
Oleh : Muhamad Rohman Obet

Jalur Sutera adalah perdagangan yang menghubungkan antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Eropa. Jalur ini berasal dari Cina Kuno. Jalur Sutera diperkirakan mulai ada sejak masa Dinasti Han yaitu sekitar tahun 206 SM. Jalur ini dikenal cukup ramai dengan berbagai hubungan perdagangan antar suku bangsa.
Dinamakan jalur sutera karena pada masa tersebut Cina mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam memproduksi Sutera yang merupakan kain Indah berasal dari kepompong Ulat Sutera, Sehingga Pedagang Cina Melakukan perjalanan ke Barat untuk memperdagangkan sutera begitu juga sebaliknya Pedagang Eropa melakukan perjalan ke Timur untuk mencari tempat asal dari Sutera. Sutera merupakan barang yang bernilai jual tinggi. Hanya dari kalangan atas yang mempunyai kemampuan secara finansial yang bisa memilikinya karena harganya yang mahal. Oleh karena itu Sutera menjadi tolak ukur untuk menilai status sosial dan ekonomi dalam Masyarakat.
Sutera dari Cina menjadi dambaan karena keindahannya, Sehingga hubungan antara Cina, India dan Eropa (Romawi). Cina, India dan Eropa (Romawi) saling mengunjungi untuk kepentingan perdagangan, politik, sekaligus agama.
Cina tercatat sebagai penghasil Sutera sejak ribuan tahun yang lalu. Dengan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki, Cina mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam memproduksi Sutera, Sehingga keindahan Sutera dari Cina terkenal sampai Eropa (Romawi) dan menjadi barang yang paling dicari oleh Negara-negara diluar Cina.
Dalam sejarah Cina kuno, produksi sutera mendapatkan apresiasi penuh dari Kekaisaran.  Sebelumnya Sutera hanya dipakai oleh kalangan Orang-orang Kekaisaran saja, Namun karena produksinya yang terus mengalami peningkatan akhirnya berinisiatif untuk menjual Sutera ke berbagai Negara di luar Cina. Sejak itulah hubungan Cina dengan Eropa (Romawi) mulai terjalin.
Akan tetapi perjalanan Orang Cina menuju ke Barat sering kali mendapat hadangan dari suku-suku kecil di Asia Tengah. Mereka adalah Suku-suku yang selalu menjarah barang-barang orang yang melewati daerahnya. Suku tersebut disebut dengan Suku Nomad. Karena seringnya terjadi penjarahan, Maka Kekaisaran Han mengambil keputusan dengan mengirim seorang Jenderal bernama Zhang Qian dalam rangka menjalin hubungan baik dengan Suku Nomad untuk menyelamatkan pedagang-pedangan Cina sekaligus memperluas wilayah kekuasaan.
Asia Tengah merupakan jantung utama dalam jalur sutera penghubung Cina dengan Negara-negara penting lainnya. Banyak dijumpai peninggalan dari peradaban dan kebudayaan tinggi di Jalur Sutera yang berada di Asia Tengah. Aktifitas di Jalur sutera menyebabkan daerah tersebut menjadi daerah yang ramai dengan berbagai aktifitas pedagang-pedagang dari berbagai Negara. Oleh karena itu Jalur Sutera meninggalkan banyak cerita dan peristiwa penting yang menjadikan cikal bakal hubungan antara Dunia Barat dan Dunia Timur. Pertukaran-pertukaran ide secara langsung maupun tidak langsung terjadi disepanjang Jalur Sutera.
Jalur Sutera terbagi menjadi dua jalur utama yaitu jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara melewati Bulgar-Kipchak menuju Eropa Timur-Semenanjung Crimea , kemudian menuju laut hitam, Laut Marmara, Laut Balkan dan Venesia. Sementara jalur selatan melewati Turkestan-Khurasan menuju Mesopotamia, Anatolia-Antiokiah menuju laut tengah ke Mesir dan Afrika Utara.
Para pedagang tidak hanya menggunakan jalur darat melainkan juga menggunakan jalur laut, Namun pada masa Dinasti Han pedagang-pedagang lebih memilih melewati Jalur darat karena kondisi gografis yang lebih nyaman dilewati dari pada jalur laut.
Menurut sumber sejarah Jalur Sutera dimula dari Changan (sekarang Xi’an) sebuah kota Cina Kuno sampai di pesisir timur Mediterania. Jalur Sutera meninggalkan berbagai macam peninggalan baik berupa percampuran budaya, karya-karya seni dan gagasan-gagasan mengenai kehidupan keagamaan.
Salah satu orang yang melalukan perjalanan di Jalur Sutera adalah Marcoplo. Marcopolo merupakan seorang pedagang dan penjelajah. Marcoplo melakukan perjalanan terinspirasi dari ayah dan pamannya Niccolo dan Maffeo pada saat Dinasti Mongol berkuasa dan menjadi orang yang dipercaya oleh Kubilai Khan yang menjadi Pengusa terkaya di Cina. Marcopolo juga pernah dipenjara setelah terjadi peperangan dengan Geno. Marcopolo juga berbagi cerita dengan teman satu selnya.
Marcopolo lahir pada 15 September 1254. Marcopolo menjelajah dari Venesia ke Sudak, Acre, Baghdad, Samarkhand, Khotan, Khambalik dan sampai di yangzhou (Cina). Marcopolo juga menjelajah dari Cina ke Persia yang merupakan tugas dari Kubilai Khan mengantarkan anaknya menikah dengan Raja Arghun.  Marcopolo menggambarkan tempat yang dikunjungi dalam bukunya.
Dari berbagai macam penjelajahan dan perjalanannya tersebut Marcopolo mendapatkan kekayaan berupa emas, batu dan barang berharga lainnya. Marcopolo juga mendapat penghargaan dan menjadi orang kepercayaan. Pada tahun 1291 Kubilai Khan memberi Marcopolo hadiah berupa barang yang berharga dan pada tahun 1303 Raja Persia memberi Marcopolo 4 medali emas.
Sesampai di Venesia, Maropolo mendapatkan kehormatan dari Orang-orang Venesia. Marcopolo memberikan pelayan-pelayannya baju dari hadiah-hadiah yang diperolehnya. Marcopolo meninggal pada 8 Januari 1324 di Venesia. Kemudian Marcopolo dikuburkan di San Lorenzo.
Karena perjalanan dan penjelajahannya Orang Eropa dapat mengetahui hal-hal yang ada diluar Venesia dan mengetahui budaya-budaya Orang Cina. Marcopolo juga menceritakan tentang Eropa kepada Raja Kubilai Khan. Penjelajah-penjelajah selanjutnya melakukan perjalanan dengan menggunakan jalur yang dilewati Marcopolo untuk pergi ke tempat-tempat yang pernah Marcopolo kunjungi.
Namun dalam perkembangannya Marcopolo yang dinobatkan sebagai salah satu penjelajah terbesar mendapat gugatan. Beberapa Orang berpendapat bahwa Marcopolo sebenarnya tidak pernah menjelajah ke Dunia Timur. Marcopolo diduga hanya mendengarkan dari pedagang Persia yang bertemu di Laut Hitam.
Arkeolog menujukkan sejumlah hal yang tidak konsisten dan akurat dalam tulisan Marcopolo, diantaranya adalah perihal invasi Kubilai Khan dari Mongol terhadap Jepang dan penggambaran kapal armada mongol. Meskipun begitu tulisan Marcoplo cukup membantu dalam penjelasan mengenai Jalur Sutera sebuah jalur perdagangan yang fenomenal.
Selain Marcopolo ada juga tokoh lain yang berjasa dalam penulisan mengenai Jalur Sutera. Tokoh tersebut adalah Sven Hedin seorang berkebangsaan Swedia. Sven Hedin lahir pada tanggal 19 Februari 1865 di Stockholm. Sven Hedin terinspirasi dari penjelajah Arctic, Adolf Erik Nordenskiold. Sejak saat itu Sven Hedin berkeinginan untuk menjadi seorang penjelajah. Setelah mendapatkan gelar doktor di Jerman, Sven Hedin melakukan perjalanan di Persia. Dalam ekspedisinya Sven Hedin secara berani melewati pegunungan dan padang pasir di Asia Tengah.
Sven Hedin merupakan orang pertama yang menggali reruntuhan Kota kuno Budha. Dokumentasi selama perjalanannya digambarkan sendiri dalam lukisan yang membuatnya menjadi orang yang terkenal. Sekembalinya ke Stockholm Sven Hedin mendapatkan kehormatan layaknya seorang Pahlawan yang baru pulang berperang.

Karena keterlibatan politik dalam perang dunia, Sven Hedin mendapatkan kecaman dari musuh-musuh Jerman yang dibelanya. Meskipun begitu Sven Hedin tetap dianggap sebagai orang yang berjasa besar dalam memberikan gambaran tentang Jalur Sutera selain Marcopolo.

Oleh : Bella Tresna Natasha, A.Md

Kemarin adalah salah satu hari paling indah dalam hidupku. Wisuda; satu waktu yang paling dinanti mereka yang mencicipi bangku kuliah. Banyak orang yang menilai berlebihan pada capaianku hari itu. Menyelesaikan studi diploma dalam waktu 2,5 tahun, dengan IPK yang meski tidak luar biasa namun hampir ada di angka 3.5, dengan cukup pengalaman organisasi dan list prestasi yang membuat poin Sistem Kredit Prestasi ku nyaris berada di angka 500 (dengan ketentuan kampus minimal 80 poin). Percayalah, setiap capaian memiliki cerita perjuangannya sendiri. Semua “penyelesaian” ini bermula dari kisah seorang remaja galau yang merasa salah jurusan, merasa sudah gagal dari awal, dan tidak tahu bagaimana bisa bertahan hingga akhir.
Aku mengawali masa kuliah dengan kemuraman. Bagaimana tidak, aku ditolak mentah-mentah oleh program studi yang sudah ku idamkan sejak 5-6 tahun sebelumnya. Ditambah lagi saat itu aku berada di program studi yang tidak ku senangi. Semester pertama, aku sering melewati malam dengan tangisan, masih beum ikhlas dengan takdir. Iri pada mereka yang kuliah S1, sedangkan aku HANYA kuliah D3 dengan jurusan yang entah seberapa besar peluangnya di dunia kerja. Sebagai pelarian, aku mencoba menenggelamkan diri dalam berbagai macam kegiatan dan organisasi kampus. Pada awal perkuliahan, aku sempat aktif di tiga Unit Kegiatan Mahasiswa (semacam ekstrakurikuler di SMA), satu Unit Kegiatan Fakultas, dan Himpunan Mahasiswa Program Studi. Berhasil kah? Lumayan. Boleh lah sedikit stress saat kuliah, tapi bisa bersenang-senang dengan kegiatan organisasi.
Pada semester ketiga, aku kembali mengikuti SBMPTN dan diterima di salah satu kampus. Sayangnya, dengan jurusan yang tidak berbeda jauh dengan jurusanku saat itu. Tentu, di kampus yang baru ini aku diterima di program S1.  Dengan kenekatan, kuliah-lah aku di dua kampus pada semester itu. Pada waktu memutuskannya, aku berpikir, S1 tentu lebih baik daripada D3. Namun untuk melepaskan pendidikan D3-ku yang sudah setengah jalan juga sayang.
Kuliah “double-degree”ku hanya berjalan satu semester. Mengapa? Banyak alasan. Yang pertama, aku tidak menemukan kepuasan seperti yang ku kira akan ku dapat dengan memilih kuliah S1. Tidak ada bedanya, bahkan aku merasa lebih cocok kuliah di D3 mengingat lebih banyaknya praktek yang ku dapat daripada di S1 (aku tipe orang yang tidak terlalu nyaman belajar dengan buku-buku tebal). Kedua, kuliah di dua tempat tersebut semakin membuatku jenuh kuliah. Ibaratnya, sudah eneg dengan sepiring makanan, tapi malah berusaha melahap dua piring. Ketiga, kejenuhan pada kuliah semakin menumbuhkan keberanian untuk mengambil jalanku sendiri dalam mengembangkan passionku. Aku mulai ingin menambah porsi kegiatan-kegiatan yang “berguna” untuk perkembangan passionku.
Semester berikutnya, ku lepaskan kuliah S1-ku demi kuliah D3-ku. Menyesalkah membuang waktu satu semester di tempat lain? Tidak. Dari pengalaman itu, Allah menegurku untuk berhenti mengeluh dan menyalahkan keadaan. Allah menyadarkan bahwa Allah tidak pernah menjerumuskanku, Allah selalu memberikan yang terbaik bagiku. Begitupun dengan kuliahku saat itu. Semester empat, aku sangat fokus pada organisasi dan berbagai kompetisi tanpa meninggalkan kuliah. Pada semester itu-lah aku mulai memasang target untuk segera merampungkan kuliah pada semester lima, dan “membebaskan diri”. Pada saat ini pula aku mulai bekerja sebagai penyiar radio sebagai salah satu cara bagiku untuk “menyicil” karirku kedepannya nanti, tentunya juga sebagai tambahan media penyaluran passion.

Semester lima, bisa dikatakan sebagai semester terberat selama masa perkuliahan. Dimulai dengan perjuangan untuk bisa menjalankan Praktek Kerja Lapangan seorang diri di Bank Indonesia, perjuangan mengurus kelas mata kuliah Agama Islam II untuk merger dengan jurusan lain (karena jurusanku tidak buka mata kuliah itu di semester ganjil), beban mata kuliah yang masih full 24 SKS dijalani bersamaan dengan pengerjaan tugas akhir, tanggung jawab kepengurusan organisasi, dan pekerjaan sebagai penyiar radio yang tentunya harus profesional. Jarang tidur, pola makan tidak karuan, dan beban pikiran yang tidak pernah berkurang sempat membuatku terbaring di rumah sakit beberapa hari menjelang UTS. Semester lima adalah saat dimana aku jarang mengikuti kuis, absen di banyak presentasi, dan minim sumber belajar untuk ujian. Sungguh, perjuangan yang luar biasa sampai akhirnya bisa menyelesaikan semester terakhir tersebut dengan IPK yang masih terselamatkan meskipun turun, dan tetap menyelesaikan tanggung jawab organisasi dengan bantuan teman-teman yang penuh pengertian, serta menambah daftar prestasi.
Kini perjuanganku selanjutnya baru saja meninggalkan garis start. Apa yang akan ku lakukan, masih menjadi rahasia Allah, hehe. Tentu proposal rencana masa depan sudah ku ajukan ke hadapan-Nya, apakah segera di-acc atau ada yang direvisi, aku pun masih penasaran menunggu hasilnya. Yang jelas, saat ini aku tidak lagi khawatir pada satu pertanyaan yang ku sampaikan di awal tulisan ini, tentang seberapa besar peluang kerja dari program studi atau kampusku. Pekerjaan itu soal kemampuan diri sendiri, tidak cukup dengan nama universitas, program studi, bahkan IPK yang kita miliki (statement ini disampaikan oleh seseorang yang sudah pernah bekerja juga lo, bukan hanya ucapan optimistik seorang fresh graduated).
Intinya, dimanapun kalian berada saat ini, wahai calon mahasiswa dan mahasiswa yang sedang berjuang, bersyukurlah karena Tuhan pasti memilihkan tempat terbaik bagi kalian. Jangan berhenti bergerak dan mengutuk tembok di depan kalian, teruslah berlari dan temukan jalan yang lain. Meski memutar dan jaraknya lebih jauh, bukan berarti kalian tidak bisa sampai di tujuan. Percayalah pada kemampuan kalian dan hargai keinginan Tuhan untuk meng-upgrade kemampuan kalian dengan memberikan medan yang terjal. Di dunia ini, tidak ada kesuksesan yang tidak memiliki cerita tentang rasa sakit dan air mata.

Surabaya, 21 Maret 2016
Oleh : Muhamad Rohman Obet



Surabaya merupakan Ibu Kota dari Provinsi paling kaya di Indonesia yaitu Jawa Timur. Surabaya menjadi kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia. Surabaya menyimpan berbagai cerita menarik khususnya bagi Mahasiswa yang untuk sementara menetap di Surabaya guna keperluan pendidikan.
Mendengar kata Surabaya pastilah akan ada beberapa Sterotipe seperti  kotanya yang panas, orang-orangnya kasar dengan imbuhan Jancok disela-sela omongannya, BONEK atau akronim dari Bondo Nekat yang merupakan supporter dari Persebaya dan masih banyak lagi. Banyak sekali sterotipe yang negatif terkait dengan Surabaya. Sebagai orang yang berpendidikan seharusnya tidak mengamini langsung hal tersebut dengan Letterlijk atau dalam Bahasa Jawanya adalah “Saklek” langsung mentah-mentah mengamini sebagai suatu kebenaran. Seperti tuilsan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul Bumi Manusia yang juga mengambil latar di Kota Surabaya “Jangan Ikut-Ikutan Jadi Hakim Tentang Perkara Yang Tidak Diketahui Benar Tidaknya”.
Orang-orang Surabaya dianggap kasar karena logat bicaranya yang berbeda dengan logat Jawa Mataraman. Surabaya sendiri karena kebudayaannya adalah kebudayaan Arek tentunya mempunyai ciri khas dan identitas sendiri dibandingkan dengan kebudayaan lain seperti Jawa Mataraman, Jawa Pandalungan dll. Selain itu, Orang Surabaya selalu menggunakan imbuhan kata “Jancok” disetiap sela omongannya. Hal tersebutlah yang menjadi aneh ketika dibawa di daerah dengan kebudayaan lain. Orang Surabaya sangatlah identik dengan kata tersebut, bahkan ada yang dengan bangga menyatakan bahwa kata “Jancok” adalah asli Surabaya dan menjadi identitas dari Kota Surabaya.
Dengan gaya bicara khas Surabaya yang blak-blakan tersebut, menjadikan Arek-Arek Suroboyo sebutan bagi orang Surabaya mempunyai tingkat keakraban satu sama lain yang tinggi. Tidak hanya itu, bahkan kata “Jancok” sendiripun dijadikan sebagai nama makanan dan merchandise khas dari Kota Surabaya.
Surabaya memang Kota terpanas yang selama ini Saya (Penulis ) jumpai. Namun dibalik panasnya Kota Surabaya tersebut, menyimpan berbagai cerita yang menarik khususnya bagi para Mahasiswa. Di Kota Surabaya inilah banyak orang-orang ternama lahir. “Surabaya Lebih Besar Dari Yang Kau Kira” itulah judul dari tulisan isinya akan dibagi dalam beberapa poin penting, diantaranya :



A.    Tempat Bagi Ditaklukkannya Pasukan Mongol
Pasukan Mongol tentunya tidak asing di telinga Kita. Kebesaran pasukan ini akibat ekspansinya yang luar biasa dengan menaklukkan daerah daerah yang diinginkannya membuat Pasukan Mongol ditakuti di Dunia pada masa itu. Sebagian bahkan sudah menyerah terlebih dahulu sebelum adanya pertempuran.
Tapi tidak banyak yang tahu bahwa Pasukan sebesar Mongol tersebut pernah di pecundangi di Pulau Jawa tepatnya di Ujung Galuh yang sekarang bernama Surabaya. Hal tersebut terjadi setelah Raden Wijaya yang menjadi Raja Majapahit membantai Pasukan Mongol setelah berhasil menumpas Jayakatwang yang menduduki singgasana Kerajaan Singosari.
Setelah kemenangan dalam pertempuran melawan Pasukan Jayakatwang dengan bantuan Raden Wijaya, Pasukan Mongol berpesta pora hingga mabuk. Rencana Raden Wijaya pun berjalan. Raden Wijaya yang tidak ingin Pulau Jawa dikuasai oleh Pasukan Mongol menyerang Pasukan Mongol yang sedang mabuk berat tersebut. Akhirnya Pasukan Mongolpun kalang kabut dan untuk pertama kalinya mengalami kekalahan dan itu terjadi di Surabaya. (Sumber Buku Gara-Gara Indonesia Karya Agung Pribadi)




B.     Tempat Bagi Pendidikan Para Mubaligh
Di Surabaya terdapat daerah yang dikenal dengan Daerah Ampel Denta atau Ampel. Tentunya tidak asing lagi ditelinga, karena Ampel merupakan tempat bagi Sunan Ampel atau Raden Rahmatulloh. Sunan Ampel dikenal sebagai guru dari para mubaligh. Dari Beliau lahir para mubaligh yang dengan gencarnya menyebarkan Islam di Nusantara. Rasanya tidak akan afdhol apabila Ziarah Wali tidak berkunjung di Makam Beliau Karena Beliau sendiri merupakan guru besar bagi para wali yang ada khusunya di Pulau Jawa.
Nasehat dari Sunan Ampel selalu dijadikan pedoman bagi beberapa pembesar Jawa pada saat itu. Ada sumber juga yang menyatakan bahwa Kerajaan sebesar Majapahitpun akan mendengarkan nasehat-nasehat dari Sunan Ampel yang dikenal dengan ajaran “Moh Limo” tersebut. Surabaya pada masa Sunan Ampel menjadi pusat bagi pertumbuhan agama Islam.



C.     Kota Pelabuhan Terbesar di Asia Pada Masa Hindia Belanda
Mungkin banyak yang belum mengetahui bahwa Surabaya dimasanya pernah besar dan jaya dengan penghasilan utamanya yaitu Perkebunan Tebu. Kebesaran Surabaya tersebut terjadi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Dalam tulisan Pak Sarkawi yang merupakan dosen dari Jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Airlangga yang dimuat di Jawa Pos edisi tanggal 6 Maret 2016 menyebutkan bahwa pembangunan berbagai infrastruktur seperti rel kereta api, galangan kapal, dan industri, serta penggunaan tenaga uap untuk menggiling tebu membuat Surabaya menjadi salah satu kota pelabuhan modern terbesar di Asia.
Hal tersebut merupakan fakta yang menarik dan belum banyak orang yang mengetahuinya bahwa Surabaya pernah menjadi Kota Terbesar di Asia. Sisa-sisa kebesarannyapun masih ada. Sebagian masyarakat menyuarakan kebesaran Kota Surabaya dengan lantunan lagu “Rek..Ayo Rek..Mlaku-Mlaku Nang Tujungan”. Lagu tersebut merupakan salah satu bentuk memori masyarakat Surabaya akan kebesaran Surabaya yang disuarakan melalui lagu.




D.    Latar Bagi Novel Fenomenal Berjudul “Bumi Manusia” Yang Ditulis Oleh Pramoedya Ananta Toer
Kebesaran Kota Surabaya juga digambarkan dalam novel Bumi Manusia. Novel Bumi Manusia berangkat dari Non-Fiksi dengan latar-latar tempat yang benar-benar ada. Membaca Novel tersebut akan membuat kecintaan terhadap Kota Surabaya menjadi besar. Selain itu, didalamnya terdapat banyak Quote yang menarik. Perkembangan intelektual di Kota Surabaya pada masa Hindia Belanda dikisahkan dalam buku tersebut.




E.     Tempat Pendidikan Awal Bung Karno
Bung Karno Sang Revolusioner merupakan orang yang lahir di Surabaya. Tidak seperti yang kebanyakan orang ketahui saat ini yang menyatakan bahwa Bung Karno berasal dari Blitar. Bung Karno pun mendapat didikan dari Kota Surabaya yang tentunya berpengaruh bagi perkembangan intelektual beliau. Orang yang berpengaruh bagi Dunia tersebut dulunya merupakan murid dari H.O.S Cokroaminoto yang merupakan pemimpin dari Sarekat Islam. Beliau berguru di H.O.S Cokroaminoto bersama dengan Semaun dkk. Selain itu, Bung Karno juga mendapatkan pendidikan di Sekolah milik Belanda yaitu HBS atau Hoogere Burger School.
Siapa yang tek kenal dengan Bung Karno. Ketenaran beliau bahkan hampir di seluruh dunia dengan kegigihan beliau menentang Kolonialisme. Bung Karno menjadi inspirasi bagi negara-negara lain yang dijajah sehingga banyak sekali negara-negara yang merdeka setelah Indonesia merdeka salah satunya berkat Konferensi Asia Afrika yang diadakan pada masa pemerintahan Bung Karno.
\


F.      Kota Sepak Bola
“Kota Sepak Bola Itu Bernama Surabaya”. Ya, itu adalah salah satu tulisan dari Ahmad Arif Chusnuddin yang merupakan kakak tingkat saya di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga. Tulisan tersebut tentunya tidak tanpa dasar karena Surabaya memang dimasanya pernah dikenal dengan kebesaran klub Sepak Bolanya. Klub Sepak Bola di Surabaya selalu mendominasi di berbagai Kompetisi.
Sepak Bola sendiri dibawa oleh Orang-orang Belanda yang kemudian dikenalkan kepada penduduk pribumi. Dengan cepatnya sepak bola menjadi populer di Surabaya. Terbukti dengan berdirinya beberapa Bond sebutan untuk klub sepak bola dalam bahasa belanda mulai seperti Soerabaiasche Voetbal Bonda milik Belanda dan Soerabaiasche Indische Voetbal Bond milik pribumi yang sekarang dikenal dengan nama Persebaya. Selain itu, HBS atau Hoogere Burger School disebutkan juga mempunyai klub sepak bola sendiri yang cukup terkenal. Soerbaiasche Indische Voetbal Bond atau yang sekarang dikenal sebagai Persebaya juga menjadi pelopor bagi berdirinya PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).


Setelah kemerdekaan tepatnya pada tahun 80-an, Surabaya menjadi tempat bagi klub-klub besar yang mendominasi di berbagai kompetisi nasional. Mulai dari Persebaya di Liga Perserikatan dan Niac Mitra dan Asyabab yang bermain di Liga Galatama. Banyak sekali tim-tim sepak bola dunia yang pernah bertanding melawan klub-klub besar Surabaya. Bahkan klub sebesar Arsenal pun pernah kalah oleh klub dari Surabaya yaitu Niac Mitra.

Kebesaran Surabaya pun juga diiringi dengan pendukung klub sepak bola tersebut. Bonek akronim jawa dari Bondo Nekat merupakan supporter dari Persebaya. Bonek dulunya dikenal dengan nama Green Force yang kemudian berganti sebutan Bonek. Bonek sendiri berawal dari semangat Arek-Arek Suroboyo yang berperang melawan tentara sekutu. Peperangan tersebut merupakan perang terbesar yang ada setelah perang dunia kedua. Arek-arek Suroboyo dengan Bondo Nekatnya hanya menggunakan senjata seadanya untuk berperang melawan sekutu. 
Bonek merupakan Pelopor bagi supporter modern yang ada di Indonesia. Bonek adalah supporter yang pertama kali mengadakan tour ke luar kandang atau away. “Tret…Tet” adalah istilah untuk tour ke luar kandang bagi Bonek. Bonek juga menjadi pelopor bagi adanya keseragaman bagi pendukung atau supporter. Bonek dengan warna khasnya yaitu ijo berbondong-bondong datang dimanapun tempat Persebaya bermain. (Sumber Buku Bonek Karya Fajar Junaedi)
Mahasiswa dengan Bonek tentunya tidak asing lagi. Banyak dari mereka bahkan memilih kuliah di Surabaya tujuannya hanyalah agar mudah untuk menonton Persebaya berlaga. Kecintaan Mahasiswa dengan Persebaya dibuktikan dengan munculnya banyak komunitas Bonek yang mengatasnamakan Kampus.



Berikut adalah Surabaya dengan segala kebesarannya. Jadi tidak ada alasan untuk kalian tidak betah tinggal di Surabaya karena SURABAYA LEBIH BESAR DARI YANG KAU KIRA!




Oleh : Rizky Oktaviani Cahyaningsih




Universitas Negeri Surabaya (Unesa) adalah perguruan tinggi negeri  yang berada di kota Surabaya. Berdiri pada 19 Desember 1964. Unesa memiliki dua kampus utama, yaitu Kampus Ketintang  dan kampus Lidah Wetan, serta memiliki kampus lain di Gedangan, Sidoarjo (PLB) dan di Jl.Teratai Surabaya (PG-PAUD). Namun, kedua jurusan ini akan dipindahkan ke kampus Lidah Wetan sekitar pertengahan tahun 2016.

Unesa memiliki 7 Fakultas, yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, serta Fakultas Ilmu Keolahragaan. Unesa mengelola program studi kependidikan maupun non kependidikan, dengan jenjang diploma (D2 dan D3), strata satu (S1), dan pascasarjana yang terdiri atas strata dua (S2) dan strata 3 (S3). 

Daftar Fakultas dan Jurusan
Kampus Ketintang



ĂĽ   Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
1.       S1 Pendidikan Matematika
2.       S1 Pendidikan Fisika
3.       S1 Pendidikan Kimia
4.       S1 Pendidikan Biologi
5.       S1 Matematika *)
6.       S1 Fisika *)
7.       S1 Biologi *)
8.       S1 Kimia *)
9.       S1 Pendidikan Sains
ĂĽ   Fakultas ilmu Sosial dan Hukum (FISH)
1.       S1 PPKn
2.       S1 Pendidikan Geografi
3.       S1 Pendidikan Sejarah
4.       S1 Ilmu Hukum *)
5.       S1 Ilmu Administrasi Negara *)
6.       S1 Sosiologi *)
7.       S1 Ilmu Komunikasi *)
8.       D3 Administrasi Negara *)
ĂĽ   Fakultas Teknik (FT)
1.       S1 Pendidikan Teknik Elektro
2.       S1 Pendidikan Teknik Mesin
3.       S1 Pendidikan Teknik Bangunan
4.       S1 Teknik Sipil *)
5.       S1 Pendidikan Teknologi dan Informasi
6.       S1 Teknik Elektro *)
7.       S1 Teknik Mesin *)
8.       S1 Pendidikan Tata Boga
9.       S1 Pendidikan Tata Rias
10.   S1 Pendidikan Tata Busana
11.   D3 Teknik Listrik *)
12.   D3 Manajemen Informatika *)
13.   D3 Teknik Mesin *)
14.   D3 Teknik Sipil *)
15.   D3 Transportasi *)
16.   D3 Tata Boga *)
17.   D3 Tata Busana *)
ĂĽ   Fakultas Ekonomi (FE)
1.       S1 Pendidikan Ekonomi
2.       S1 Pendidikan Akuntansi
3.       S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran
4.       S1 Pendidikan Tata Niaga
5.       S1 Manajemen *)
6.       S1 Akuntansi *)
7.       D3 Akuntansi *)

Kampus Lidah Wetan

ĂĽ   Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
1.       S1 Psikologi *)
2.       S1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (BK)
3.       S1 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
4.       S1 Pendidikan Luar Biasa
5.       S1 Pendidikan Luar Sekolah
6.       S1 PGSD
7.       S1 PG-PAUD
8.       S1 Manajemen Pendidikan
ĂĽ   Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
1.       S1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
2.       S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga
3.       S1 Ilmu Keolahragaan
ĂĽ   Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)
1.       S1 Pendidikan Bahasa Indonesia
2.       S1 Pendidikan Bahasa Jerman
3.       S1 Pendidikan Bahasa Inggris
4.       S1 Pendidikan Bahasa Jepang
5.       S1 Pendidikan Bahasa Jawa
6.       S1 Pendidikan Seni Rupa
7.       S1 Pendidikan Sendratasik
8.       S1 Sastra Indonesia *)
9.       S1 Sastra Inggris *)
10.   S1 Sastra Jerman *)
11.   S1 Pendidikan Bahasa Mandarin
12.   D3 Desain Grafis
*) NON-KEGURUAN

Selain enjang diploma dan sarjana,terdapat jenjang S2 dan S3 di Pascasarjana Unesa, antara lain :
1.       Program Studi Magister Pendidikan Matematika
2.       Program Studi Magister Pendidikan Olahraga
3.       Program Studi Magister Pendidikan Sains
4.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
5.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris
6.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing-Jepang
7.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing-Jerman
8.       Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
9.       Program Studi Magister Pendidikan Dasar
10.   Program Studi Magister Pendidikan Anak Usia Dini
11.   Program Studi Magister Pendidikan Seni Budaya
12.   Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
13.   Program Studi Magister Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
14.   Program Studi Magister Teknologi Pendidikan
15.   Program Studi Magister Pendidikan Luar Biasa
16.   Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi

1.       Program Studi Doktor Pendidikan Matematika
2.       Program Studi Doktor Ilmu Keolahragaan
3.       Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra
4.       Program Studi  Doktor Pendidikan Sains
5.       Program Studi Doktor Teknologi Pendidikan
6.       Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan
Informasi lengkap kunjungi  www.unesa.ac.id

Growing With Character