Tampilkan postingan dengan label mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mahasiswa. Tampilkan semua postingan
 Oleh : Doni Pebruwantoro

Hari ini adalah tanggal 6 april yang diperingati sebagai hari nelayan. Saya ucapkan banyak terimakasih kepada para nelayan Indonesia atas jasa mereka yang telah menyumbangkan banyak devisa negara meskipun hidup mereka pas-pasan. Mungkin bukan hanya guru saja yang dibilang pahlawan tanpa tanda jasa dan bukan hanya TKI/TKW yang dibilang pahlawan devisa negara, mereka para nelayan adalah pahlawan tanpa tanda jasa sekaligus pahlawan devisa negara.
Luas negara Indonesia sebagian besar adalah perairan yang mencapai 70% dari total seluruh wilayah Indonesia, oleh karena itu Indonesia merupakan negara poros maritim terbesar di dunia. Ikan adalah salah satu harta karun yang tersimpang di dalam tumpukan air laut. Menurut data FAO 2014 hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia hampir mencapai 5,5 juta ton pada tahun 2012. Akan tetapi ironis rasanya jika kita melihat kehidupan sehari-hari nelayan di pesisir pantai, jauh dari kata mewah dan hedonisme. Kemudian kemana larinya uang hasil tangkapan ikan sebanyak 5,5 juta ton tadi? Apakah hanyut ditelan ombak atau tenggelam ke dasar palung dunia? Entahlah kemana uang tersebut larinya, saya disini hanya ingin sedikit bertukar pikiran mengenai kebijakan pemerintah dimana diwakili oleh KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) tentang rencana pembuatan Undang-undang Perlindungan nelayan, petani garam dan petani budidaya. Apakah undang-undang tersebut penting? Menurut saya sangat penting, karena sebagai payung hukum yang nantinya dijadikan sebagai perlindungan bagi nelayan khususnya. Dan apakah kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut sudah relevan terhadapat kondisi nelayan dilapangan saat ini? Bagaimana win-win solution untuk mengurangi kontra di masyarakat? Manakah yang harus diselesaikan dulu, masalah edukasi, ekonomi atau ekologi? Mari saatnya membahas satu persatu dengan ditemani segelas susu dan sebait lagu hehehe.
Diatas saya sudah berpendapat bahwa saya mendukung pembentukan UU perlindungan nelayan. Selama ini nelayan hidup dalam ketidakpastian hukum, hidup dibawah mafia perikanan dan dipermainkan layaknya bola yang dilempar kesana kemari. Pembentukkan UU perlindungan nelayan ini diharap dapat menjamin kehidupan sosial dan ekonomi nelayan kearah lebih baik. Meskipun hasil dan efek dari pembuatan UU ini tidak bisa langsung dirasakan satu atau dua bulan karena semuanya butuh waktu dan merubah permasalahan yang kompleks seperti ini tidan semudah membalikkan telapak tangan. Mari kita sambut dengan tangan terbuka dan ikut mengawal niat baik pemerintah untuk pembangunan disektor maritim khususnya bidang perikanan. Dalam UU tersebut disebutkan dalam bagian kedua tentang sarana dan prasarana mulai pasal 14 sampai seterusnya bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang menunjang nelayan untuk beroprasi. Mulai dari kapal,  pelabuhan, jalur transpostasi darat dan masih banyak lagi. Niat baik pemerintah apakah akan kalian dustakan? Oh iya mungkin ini yang menjadi sedikit masalah dikalangan nelayan yaitu tentang pelarangan terhadap penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti cantrang. Nelayan mempermasalahkan karena dengan pelarangan tersebut hasil tangkapan mereka menurun drastis. Nelayan sudah terbiasa sejak dulu tapi mereka tidak sadar bahwa menggunakan perlatan tersebut dapat berakibat merusak ekosistem lingkungan laut. Sedikit melihat data statistik hasil tangakapan ikan dilaut Indonesia menunjukan bahwa terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Apakah yang terjadi? Efek dari illegal fishingatau dari penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan?
Penurunan hasil tangkap ikan disebabkan karena banyak faktor, contohnya adalah illegal fishing dan penggunaan alat tangkap. Maraknya illegal fishing sangat merugikan bagi bangsa Indonesia, berjuta-juta ton ikan Indonesia diangkut oleh kapal dari negara asing. Tetapi akhir-akhir ini masalah tersebut agak sedikit teratasi akibat dari pengawasan wilayah laut Indonesia oleh TNI AL. Kapal-kapal yang terbukti melakukan illegal fishing dibakar tanpa diberi ampunan. Yang menjadi masalah kali ini adalah penggunaan alat tangkap. Dalam peta navigasi daerah tangkapan ikan, sekarang laut jawa sudah melampaui ambang batas MSY (maximum suistanable year). Penangkapan yang terlalu berlebihan adalah penyebabnya. Semua ikan tertangkap oleh jaring nelayan baik itu ikan berukuran kecil maupun besar. Padahal ada ketentuan dari KKP yang menyatakan ukuran ikan yang boleh dijual dipasaran. Jangan salahkan orang lain jika tangkapan nelayan sekerang menurun drastis. Itu semua karena ulah mereka yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem laut. Pantas jika pemerintah melarang untuk pemakaian alat tangkap tak ramah lingkungan. Semua orang pasti tidak ingin bahwa hasil laut kita hilang atau bahkan punah. Oleh karena itu perlu diadakannya kontrol agar keseimbangan ekosistem dapat tercapai. Seolah-olah nelayan hanya bisa mengambil apa yang ada dilaut tanpa bisa menjaga keseimbangan laut.
Hasil tangkapan yang tidak pasti sudah menjadi masalah sehari-hari bagi nelayan. Beberapa solusi adalah dengan mengolah hasil tangkapan mereka menjadi produk olahan. Pengolahan dapat menaikkan nilai jual, yang semula ikan seharga Rp. 20.000 setelah diolah akan harganya bisa mencapai Rp. 100.000,00. Keuntungan yang didapatkan berkali-kali lipat. Saat tangkapan nelayan sepi, diharapkan dengan hasil penjualan produk olahan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Satu lagi solusi yaitu dengan membuat kawasan wisata kampung nelayan. Pembukaan tempat wisata dapat membuka lapangan perkerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
Di sini saya bukan bermaksud mengkambing hitamkan nelayan dan menganak emaskan pemerintah. Tapi mari kita saling bersinergi antara pemerinta, mahasiswa dan masyarakat nelayan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Pekerjaan rumah klasik yang dihadapi pemerintah dari tahun ketahun sama, hanya saja beban pemerintah semakin berat akibat dari krisis ekonomi global. Memberikan sosialisasi tetang kebijakan yang dibuat sangatlah penting agar tidak ada dusta diantara pemerintah dan nelayan serta tidak terjadi salah presepsi. Bisa dibilang nelayan Indonesia dalam bidang pendidikan sangat rendah jika dibandingkan dengan nelayan negara lain. Negara Jepang, nelayan adalah orang yang terdidik dengan kompetensi mumpuni. Norwegia dan Amerika nelayan yang berpendidikan tinggi ditunjang oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Nelayan Indonesia masih tetap saja memakai ilmu nenek moyang sebagai budaya mereka.

Tingkat pendidikan yang tinggi adalah salah satu indikator bahwa negara tersebut sudah maju. Seperti Pidato Perdana Menteri Jepang yang bertanya bahwa seberapa banyak guru yang tersisa setalah terjadi bom nuklir di Hirosima dan Nagasaki. Mengapa dia tak bertanya seberapa banyak pabrik yang tersisa atau seberapa banyak uang negara jepang? Dia tau bahwa pendidikan itu sangat penting dan menjadi kunci dalam upaya pembanguna sebuah negara. Negara hebat adalah negara yang berkarakter. Masalah klasik tentang pendidikan adalah masalah seluruh rakyat Indonesia. Membangun sebuah sistem pendidikan yang tepat bagi generasi muda calon pemimpin bangsa adalah tugas rumah kita bersama. Ingatkah kita akan hasil survei bahwa pada tahun 2045 Indonesia diprediksi menjadi negara emas yang banyak diisi oleh usia produktif. Kita yang natinya akan menjadikan negara ini sebagai Indonesia emas pada 2045 nanti. Kita yang akan memipin negara ini. Dan seorang pemimpin butuh sebuah karakter yang kuat. Karakter terbentuk karena sebuah proses yang lama bukan sesuatu yang instan. Oleh karena itu pentingnya pendidikan agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang kuat untuk membangun negara ini. Jayalah perikanan Indonesia, di laut kita jaya di darat kita sejahtera. JALESVEVA JAYAMAHE.
Oleh : Muhamad Rohman Obet

Jalur Sutera adalah perdagangan yang menghubungkan antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Eropa. Jalur ini berasal dari Cina Kuno. Jalur Sutera diperkirakan mulai ada sejak masa Dinasti Han yaitu sekitar tahun 206 SM. Jalur ini dikenal cukup ramai dengan berbagai hubungan perdagangan antar suku bangsa.
Dinamakan jalur sutera karena pada masa tersebut Cina mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam memproduksi Sutera yang merupakan kain Indah berasal dari kepompong Ulat Sutera, Sehingga Pedagang Cina Melakukan perjalanan ke Barat untuk memperdagangkan sutera begitu juga sebaliknya Pedagang Eropa melakukan perjalan ke Timur untuk mencari tempat asal dari Sutera. Sutera merupakan barang yang bernilai jual tinggi. Hanya dari kalangan atas yang mempunyai kemampuan secara finansial yang bisa memilikinya karena harganya yang mahal. Oleh karena itu Sutera menjadi tolak ukur untuk menilai status sosial dan ekonomi dalam Masyarakat.
Sutera dari Cina menjadi dambaan karena keindahannya, Sehingga hubungan antara Cina, India dan Eropa (Romawi). Cina, India dan Eropa (Romawi) saling mengunjungi untuk kepentingan perdagangan, politik, sekaligus agama.
Cina tercatat sebagai penghasil Sutera sejak ribuan tahun yang lalu. Dengan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki, Cina mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam memproduksi Sutera, Sehingga keindahan Sutera dari Cina terkenal sampai Eropa (Romawi) dan menjadi barang yang paling dicari oleh Negara-negara diluar Cina.
Dalam sejarah Cina kuno, produksi sutera mendapatkan apresiasi penuh dari Kekaisaran.  Sebelumnya Sutera hanya dipakai oleh kalangan Orang-orang Kekaisaran saja, Namun karena produksinya yang terus mengalami peningkatan akhirnya berinisiatif untuk menjual Sutera ke berbagai Negara di luar Cina. Sejak itulah hubungan Cina dengan Eropa (Romawi) mulai terjalin.
Akan tetapi perjalanan Orang Cina menuju ke Barat sering kali mendapat hadangan dari suku-suku kecil di Asia Tengah. Mereka adalah Suku-suku yang selalu menjarah barang-barang orang yang melewati daerahnya. Suku tersebut disebut dengan Suku Nomad. Karena seringnya terjadi penjarahan, Maka Kekaisaran Han mengambil keputusan dengan mengirim seorang Jenderal bernama Zhang Qian dalam rangka menjalin hubungan baik dengan Suku Nomad untuk menyelamatkan pedagang-pedangan Cina sekaligus memperluas wilayah kekuasaan.
Asia Tengah merupakan jantung utama dalam jalur sutera penghubung Cina dengan Negara-negara penting lainnya. Banyak dijumpai peninggalan dari peradaban dan kebudayaan tinggi di Jalur Sutera yang berada di Asia Tengah. Aktifitas di Jalur sutera menyebabkan daerah tersebut menjadi daerah yang ramai dengan berbagai aktifitas pedagang-pedagang dari berbagai Negara. Oleh karena itu Jalur Sutera meninggalkan banyak cerita dan peristiwa penting yang menjadikan cikal bakal hubungan antara Dunia Barat dan Dunia Timur. Pertukaran-pertukaran ide secara langsung maupun tidak langsung terjadi disepanjang Jalur Sutera.
Jalur Sutera terbagi menjadi dua jalur utama yaitu jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara melewati Bulgar-Kipchak menuju Eropa Timur-Semenanjung Crimea , kemudian menuju laut hitam, Laut Marmara, Laut Balkan dan Venesia. Sementara jalur selatan melewati Turkestan-Khurasan menuju Mesopotamia, Anatolia-Antiokiah menuju laut tengah ke Mesir dan Afrika Utara.
Para pedagang tidak hanya menggunakan jalur darat melainkan juga menggunakan jalur laut, Namun pada masa Dinasti Han pedagang-pedagang lebih memilih melewati Jalur darat karena kondisi gografis yang lebih nyaman dilewati dari pada jalur laut.
Menurut sumber sejarah Jalur Sutera dimula dari Changan (sekarang Xi’an) sebuah kota Cina Kuno sampai di pesisir timur Mediterania. Jalur Sutera meninggalkan berbagai macam peninggalan baik berupa percampuran budaya, karya-karya seni dan gagasan-gagasan mengenai kehidupan keagamaan.
Salah satu orang yang melalukan perjalanan di Jalur Sutera adalah Marcoplo. Marcopolo merupakan seorang pedagang dan penjelajah. Marcoplo melakukan perjalanan terinspirasi dari ayah dan pamannya Niccolo dan Maffeo pada saat Dinasti Mongol berkuasa dan menjadi orang yang dipercaya oleh Kubilai Khan yang menjadi Pengusa terkaya di Cina. Marcopolo juga pernah dipenjara setelah terjadi peperangan dengan Geno. Marcopolo juga berbagi cerita dengan teman satu selnya.
Marcopolo lahir pada 15 September 1254. Marcopolo menjelajah dari Venesia ke Sudak, Acre, Baghdad, Samarkhand, Khotan, Khambalik dan sampai di yangzhou (Cina). Marcopolo juga menjelajah dari Cina ke Persia yang merupakan tugas dari Kubilai Khan mengantarkan anaknya menikah dengan Raja Arghun.  Marcopolo menggambarkan tempat yang dikunjungi dalam bukunya.
Dari berbagai macam penjelajahan dan perjalanannya tersebut Marcopolo mendapatkan kekayaan berupa emas, batu dan barang berharga lainnya. Marcopolo juga mendapat penghargaan dan menjadi orang kepercayaan. Pada tahun 1291 Kubilai Khan memberi Marcopolo hadiah berupa barang yang berharga dan pada tahun 1303 Raja Persia memberi Marcopolo 4 medali emas.
Sesampai di Venesia, Maropolo mendapatkan kehormatan dari Orang-orang Venesia. Marcopolo memberikan pelayan-pelayannya baju dari hadiah-hadiah yang diperolehnya. Marcopolo meninggal pada 8 Januari 1324 di Venesia. Kemudian Marcopolo dikuburkan di San Lorenzo.
Karena perjalanan dan penjelajahannya Orang Eropa dapat mengetahui hal-hal yang ada diluar Venesia dan mengetahui budaya-budaya Orang Cina. Marcopolo juga menceritakan tentang Eropa kepada Raja Kubilai Khan. Penjelajah-penjelajah selanjutnya melakukan perjalanan dengan menggunakan jalur yang dilewati Marcopolo untuk pergi ke tempat-tempat yang pernah Marcopolo kunjungi.
Namun dalam perkembangannya Marcopolo yang dinobatkan sebagai salah satu penjelajah terbesar mendapat gugatan. Beberapa Orang berpendapat bahwa Marcopolo sebenarnya tidak pernah menjelajah ke Dunia Timur. Marcopolo diduga hanya mendengarkan dari pedagang Persia yang bertemu di Laut Hitam.
Arkeolog menujukkan sejumlah hal yang tidak konsisten dan akurat dalam tulisan Marcopolo, diantaranya adalah perihal invasi Kubilai Khan dari Mongol terhadap Jepang dan penggambaran kapal armada mongol. Meskipun begitu tulisan Marcoplo cukup membantu dalam penjelasan mengenai Jalur Sutera sebuah jalur perdagangan yang fenomenal.
Selain Marcopolo ada juga tokoh lain yang berjasa dalam penulisan mengenai Jalur Sutera. Tokoh tersebut adalah Sven Hedin seorang berkebangsaan Swedia. Sven Hedin lahir pada tanggal 19 Februari 1865 di Stockholm. Sven Hedin terinspirasi dari penjelajah Arctic, Adolf Erik Nordenskiold. Sejak saat itu Sven Hedin berkeinginan untuk menjadi seorang penjelajah. Setelah mendapatkan gelar doktor di Jerman, Sven Hedin melakukan perjalanan di Persia. Dalam ekspedisinya Sven Hedin secara berani melewati pegunungan dan padang pasir di Asia Tengah.
Sven Hedin merupakan orang pertama yang menggali reruntuhan Kota kuno Budha. Dokumentasi selama perjalanannya digambarkan sendiri dalam lukisan yang membuatnya menjadi orang yang terkenal. Sekembalinya ke Stockholm Sven Hedin mendapatkan kehormatan layaknya seorang Pahlawan yang baru pulang berperang.

Karena keterlibatan politik dalam perang dunia, Sven Hedin mendapatkan kecaman dari musuh-musuh Jerman yang dibelanya. Meskipun begitu Sven Hedin tetap dianggap sebagai orang yang berjasa besar dalam memberikan gambaran tentang Jalur Sutera selain Marcopolo.

Oleh : Bella Tresna Natasha, A.Md

Kemarin adalah salah satu hari paling indah dalam hidupku. Wisuda; satu waktu yang paling dinanti mereka yang mencicipi bangku kuliah. Banyak orang yang menilai berlebihan pada capaianku hari itu. Menyelesaikan studi diploma dalam waktu 2,5 tahun, dengan IPK yang meski tidak luar biasa namun hampir ada di angka 3.5, dengan cukup pengalaman organisasi dan list prestasi yang membuat poin Sistem Kredit Prestasi ku nyaris berada di angka 500 (dengan ketentuan kampus minimal 80 poin). Percayalah, setiap capaian memiliki cerita perjuangannya sendiri. Semua “penyelesaian” ini bermula dari kisah seorang remaja galau yang merasa salah jurusan, merasa sudah gagal dari awal, dan tidak tahu bagaimana bisa bertahan hingga akhir.
Aku mengawali masa kuliah dengan kemuraman. Bagaimana tidak, aku ditolak mentah-mentah oleh program studi yang sudah ku idamkan sejak 5-6 tahun sebelumnya. Ditambah lagi saat itu aku berada di program studi yang tidak ku senangi. Semester pertama, aku sering melewati malam dengan tangisan, masih beum ikhlas dengan takdir. Iri pada mereka yang kuliah S1, sedangkan aku HANYA kuliah D3 dengan jurusan yang entah seberapa besar peluangnya di dunia kerja. Sebagai pelarian, aku mencoba menenggelamkan diri dalam berbagai macam kegiatan dan organisasi kampus. Pada awal perkuliahan, aku sempat aktif di tiga Unit Kegiatan Mahasiswa (semacam ekstrakurikuler di SMA), satu Unit Kegiatan Fakultas, dan Himpunan Mahasiswa Program Studi. Berhasil kah? Lumayan. Boleh lah sedikit stress saat kuliah, tapi bisa bersenang-senang dengan kegiatan organisasi.
Pada semester ketiga, aku kembali mengikuti SBMPTN dan diterima di salah satu kampus. Sayangnya, dengan jurusan yang tidak berbeda jauh dengan jurusanku saat itu. Tentu, di kampus yang baru ini aku diterima di program S1.  Dengan kenekatan, kuliah-lah aku di dua kampus pada semester itu. Pada waktu memutuskannya, aku berpikir, S1 tentu lebih baik daripada D3. Namun untuk melepaskan pendidikan D3-ku yang sudah setengah jalan juga sayang.
Kuliah “double-degree”ku hanya berjalan satu semester. Mengapa? Banyak alasan. Yang pertama, aku tidak menemukan kepuasan seperti yang ku kira akan ku dapat dengan memilih kuliah S1. Tidak ada bedanya, bahkan aku merasa lebih cocok kuliah di D3 mengingat lebih banyaknya praktek yang ku dapat daripada di S1 (aku tipe orang yang tidak terlalu nyaman belajar dengan buku-buku tebal). Kedua, kuliah di dua tempat tersebut semakin membuatku jenuh kuliah. Ibaratnya, sudah eneg dengan sepiring makanan, tapi malah berusaha melahap dua piring. Ketiga, kejenuhan pada kuliah semakin menumbuhkan keberanian untuk mengambil jalanku sendiri dalam mengembangkan passionku. Aku mulai ingin menambah porsi kegiatan-kegiatan yang “berguna” untuk perkembangan passionku.
Semester berikutnya, ku lepaskan kuliah S1-ku demi kuliah D3-ku. Menyesalkah membuang waktu satu semester di tempat lain? Tidak. Dari pengalaman itu, Allah menegurku untuk berhenti mengeluh dan menyalahkan keadaan. Allah menyadarkan bahwa Allah tidak pernah menjerumuskanku, Allah selalu memberikan yang terbaik bagiku. Begitupun dengan kuliahku saat itu. Semester empat, aku sangat fokus pada organisasi dan berbagai kompetisi tanpa meninggalkan kuliah. Pada semester itu-lah aku mulai memasang target untuk segera merampungkan kuliah pada semester lima, dan “membebaskan diri”. Pada saat ini pula aku mulai bekerja sebagai penyiar radio sebagai salah satu cara bagiku untuk “menyicil” karirku kedepannya nanti, tentunya juga sebagai tambahan media penyaluran passion.

Semester lima, bisa dikatakan sebagai semester terberat selama masa perkuliahan. Dimulai dengan perjuangan untuk bisa menjalankan Praktek Kerja Lapangan seorang diri di Bank Indonesia, perjuangan mengurus kelas mata kuliah Agama Islam II untuk merger dengan jurusan lain (karena jurusanku tidak buka mata kuliah itu di semester ganjil), beban mata kuliah yang masih full 24 SKS dijalani bersamaan dengan pengerjaan tugas akhir, tanggung jawab kepengurusan organisasi, dan pekerjaan sebagai penyiar radio yang tentunya harus profesional. Jarang tidur, pola makan tidak karuan, dan beban pikiran yang tidak pernah berkurang sempat membuatku terbaring di rumah sakit beberapa hari menjelang UTS. Semester lima adalah saat dimana aku jarang mengikuti kuis, absen di banyak presentasi, dan minim sumber belajar untuk ujian. Sungguh, perjuangan yang luar biasa sampai akhirnya bisa menyelesaikan semester terakhir tersebut dengan IPK yang masih terselamatkan meskipun turun, dan tetap menyelesaikan tanggung jawab organisasi dengan bantuan teman-teman yang penuh pengertian, serta menambah daftar prestasi.
Kini perjuanganku selanjutnya baru saja meninggalkan garis start. Apa yang akan ku lakukan, masih menjadi rahasia Allah, hehe. Tentu proposal rencana masa depan sudah ku ajukan ke hadapan-Nya, apakah segera di-acc atau ada yang direvisi, aku pun masih penasaran menunggu hasilnya. Yang jelas, saat ini aku tidak lagi khawatir pada satu pertanyaan yang ku sampaikan di awal tulisan ini, tentang seberapa besar peluang kerja dari program studi atau kampusku. Pekerjaan itu soal kemampuan diri sendiri, tidak cukup dengan nama universitas, program studi, bahkan IPK yang kita miliki (statement ini disampaikan oleh seseorang yang sudah pernah bekerja juga lo, bukan hanya ucapan optimistik seorang fresh graduated).
Intinya, dimanapun kalian berada saat ini, wahai calon mahasiswa dan mahasiswa yang sedang berjuang, bersyukurlah karena Tuhan pasti memilihkan tempat terbaik bagi kalian. Jangan berhenti bergerak dan mengutuk tembok di depan kalian, teruslah berlari dan temukan jalan yang lain. Meski memutar dan jaraknya lebih jauh, bukan berarti kalian tidak bisa sampai di tujuan. Percayalah pada kemampuan kalian dan hargai keinginan Tuhan untuk meng-upgrade kemampuan kalian dengan memberikan medan yang terjal. Di dunia ini, tidak ada kesuksesan yang tidak memiliki cerita tentang rasa sakit dan air mata.

Surabaya, 21 Maret 2016
Oleh : Muhamad Rohman Obet

Salam ala Nazi, panji-panji besar dengan simbol-simbol Nazi dan nyanyian-nyanyian rasial mengiringi konvoi sekelompok massa di Kota Roma. Ini bukan terjadi pada zaman Perang Dunia II. Ini adalah ciri khas dukungan dari sebuah sebuah supporter sepak bola dari kesebalasan SS Lazio di Italia. Hal tersebut merupakan ideologi Neo-Nazi yang berkembang di Eropa.
Neo-Nazi adalah ideologi dan gerakan pasca perang dunia II yang bertujuan untuk menyegarkan kembali ideologi Nazi. Sebenarnya ideologi yang digunakan oleh Neo-Nazi berbeda dengan ideologi Nazi, namun Mereka tetap mengagungkan Adolf Hitler, rasisme, patriotisme kaum kulit putih dan militerisme. Beberapa kelompok dan individu yang mendukung ideologi ini mendeklarasikan diri secara terbuka sebagai Neo-Nazi.
Di ranah politik formal, fasisme memang tak pernah mati. Banyak partai-partai politik berbasis paham Neo-Nazi di Eropa. Di Inggris misalnya, terdapat Partai Nasional Inggris (BNP). Partai ini merupakan partai politik sayap kanan ekstrem yang hanya beranggotakan orang kulit putih.
Dalam masalah rasisme di dunia persepakbolaan, Neo-Nazi memiliki peran yang tidak sedikit. Rasisme memang sering menghantui setiap pertandingan di turnamen-turnamen di Eropa. Negara-negara seperti Italia, Perancis, Jerman dan Spanyol kerap mendapat sorotan atas masalah tersebut. Klub-klub seperti AS Roma, Lazio, Paris St. Germain dan lain-lain juga belum bisa keluar dari ancaman masalah rasisme.
Tingkah laku para penonton rasis di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Italia dan Inggris sangat mengganggu eksistensi sepak bola sebagai olahraga yang sangat menjunjung tinggi fair play. Masalah rasisme di sepak bola sejalan dengan kecenderungan merebaknya gerakan Neo-Nazi.
Pada ajang Piala Dunia 1934 di Italia, Bennito Mussolini mempertontonkan superioritas fasisme. Mussolini adalah pendukung klub Lazio. Berhubungan ataupun tidak, Ultras Lazion kemudian dikenal sangat rasis. Kelompok Ultras Lazion yang paling ekstrem adalah Irridducibili. Mereka sangat membenci kaum kulit hitam dan bangsa Yahudi.
Kebangkitan rasisme di stadion-stadion sepak bola Italia adalah cermin dari maraknya fasisme di negeri ini. Partai Aliansi Nasional, penerus partai Mussolini mampu merebut perhatian dari khalayak muda. Partai ini bahkan sudah pernah memerintah ketika ikut dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Silvio Berlusconi beberapa tahun lalu.
Di eropa, partai-partai ultra-kanan memang perlahan-perlahan mulai memperoleh suara signifikan dalam pemilihan umum. Di Perancis, Italia dan Jerman, partai-partai ekstrem kanan ini bisa memperoleh sekitar 10 persen suara. Sementara di Austria, partai kebebasan malah mengejutkan dunia karena berhasil merebut tampuk kekuasaan.

Memang kampanye anti-rasisme digalakkan, tetapi denda terhadap klub dengan penonton kulit putih terus berjatuhan. Disetiap pertandingan banyak tulisan-tulisan “Againt Racism” dipinggiran lapangan, namun hal tersebut dirasa hanya sekedar tulisan tanpa tanggapan dari para pembacanya. Hal tersebut menjadi bukti bahwa kemajuan Eropa saja rupanya belum cukup untuk meyakinkan kesadaran sederajat. Penghinaan dengan menirukan suara monyet, lemparan kacang dan pisang cukup menjadi bukti bahwa masih banyak manusia yang mengaku beradab namun tidak sadar akan bersederajat. Sepak bola seharusnya memupus semua kesombongan sekat budaya, politik, sosial dan agama, bukan justru sebagai ajanga aktualisasi sosial-politik yang saling menikam. 
Oleh : Muhamad Rohman Obet

Muhammad Al-Fatih lahir 30 Maret 1432 merupakan seorang Khalifah turki Ustmani yang berhasil menaklukan Kekaisaran Romawi Timur (Constatinopel) dalam usianya yang masih remaja. Inilah kota yang dijanjikan Rasululloh SAW akan ditaklukkan oleh Kaum Muslim. Ketika kecil beliau di didik oleh As-Syamsudin dan Muhammad bin Ismail AlQurani. Di tangan sang Guru beliau berhasil menghafalkan alquran. Di usia 14 tahun Al Fatih menjadi pemuda yang cerdas dan taat beragama. Ketika baligh Al Fatih tidak pernah meninggalkan Sholat wajib dan Sunnah. Hingga akhirnya sang Ayah menyerahkan kekhalifahan turki Utsmani ke Al Fatih.
Al Fatih membangun kesultanan serta tekun menyusun strategi untuk menaklukkan benteng konstatinopel.Al Fatih berhasil membangun 200.000 pasukan termasuk pasukan yang terlatih. Seluruh keahlian Pasukkannya ditunjang dengan rohani yang matang. Dia juga membangun persenjataan yang kuat salah satunya adalah meriam terbesar dengan berat 100 ton. Semua itu diperkuat dengan 400 kapal perang. Hal ini membuat gentar kekaisaran Bynzantium di konstatinopel.
Setelah permintaan Muhammad Al Fatih kepada kekaisaran Bynzantium untuk menyerah tanpa pertumpahan darah gagal. Maka saatnya pun tiba pada tanggal 6 april 1453 Muhammad Al fatih memulai serangan ke Kota Konstatinopel dari darat dan laut.Di bawah komando Muhammad Al Fatih yang di dampingi Gurunya Berbagai serangan dilakukan. Untuk menghindari rantai penghalang, kapal-kapal diangkat ke darat menuju ke tanduk mas benteng Konstatinopel ketika musuh sedang lengah Dalam waktu semalam 70 kapal sudah berpindah. Inilah strategi perang terbaik yang kemudian dipuji Dunia.
Strategi lainnya yang mengagumkan, Al Fatih menggali lubang bawah tanah dari tempat yang berdekatan dengan jantung Kota Konstatinopel. Kemudian Al Fatih mendirikan benteng yang terbuat dari kayu mengelilingi Konstatinopel. Benteng di basahi air agar dapat menahan api. Disetiap benteng ditempatkan beberapa Orang dan yang paling atas sudah disiapkan pasukan pemanah. Strategi ini berhasil melumpuhkan perlawanan Bynzantium
Selama peperangan beliau dan tentaranya juga melaksanakan puasa sunnah. Malam harinya mendekatkan diri Kepada Allah SWT. Teriakkan takbir dan semangat jihad menjadi penentu nasib konstatinopel. Hingga akhirnya Konstatinopel tak sanggup mengahadapi serangan pasukan Muslim. Konstatinopel jatuh ditangan kaum Muslimin.
Muhammad Al Fatih masuk ke Kota Konstatinopel dengan kemenangan pada hari selasa 29 Mei 1453. Beliau baru berusia 21 tahun menjadi sultan selama 2 tahun terakhir tetapi sudah dapat menaklukkan kota yang paling terkenal diseluruh dunia yaitu Konstatinopel yang sekarang berubah nama menjadi Istanbul.

Sumber : Khazanah Trans 7
Oleh : Muhamad Rohman Obet



Surabaya merupakan Ibu Kota dari Provinsi paling kaya di Indonesia yaitu Jawa Timur. Surabaya menjadi kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia. Surabaya menyimpan berbagai cerita menarik khususnya bagi Mahasiswa yang untuk sementara menetap di Surabaya guna keperluan pendidikan.
Mendengar kata Surabaya pastilah akan ada beberapa Sterotipe seperti  kotanya yang panas, orang-orangnya kasar dengan imbuhan Jancok disela-sela omongannya, BONEK atau akronim dari Bondo Nekat yang merupakan supporter dari Persebaya dan masih banyak lagi. Banyak sekali sterotipe yang negatif terkait dengan Surabaya. Sebagai orang yang berpendidikan seharusnya tidak mengamini langsung hal tersebut dengan Letterlijk atau dalam Bahasa Jawanya adalah “Saklek” langsung mentah-mentah mengamini sebagai suatu kebenaran. Seperti tuilsan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul Bumi Manusia yang juga mengambil latar di Kota Surabaya “Jangan Ikut-Ikutan Jadi Hakim Tentang Perkara Yang Tidak Diketahui Benar Tidaknya”.
Orang-orang Surabaya dianggap kasar karena logat bicaranya yang berbeda dengan logat Jawa Mataraman. Surabaya sendiri karena kebudayaannya adalah kebudayaan Arek tentunya mempunyai ciri khas dan identitas sendiri dibandingkan dengan kebudayaan lain seperti Jawa Mataraman, Jawa Pandalungan dll. Selain itu, Orang Surabaya selalu menggunakan imbuhan kata “Jancok” disetiap sela omongannya. Hal tersebutlah yang menjadi aneh ketika dibawa di daerah dengan kebudayaan lain. Orang Surabaya sangatlah identik dengan kata tersebut, bahkan ada yang dengan bangga menyatakan bahwa kata “Jancok” adalah asli Surabaya dan menjadi identitas dari Kota Surabaya.
Dengan gaya bicara khas Surabaya yang blak-blakan tersebut, menjadikan Arek-Arek Suroboyo sebutan bagi orang Surabaya mempunyai tingkat keakraban satu sama lain yang tinggi. Tidak hanya itu, bahkan kata “Jancok” sendiripun dijadikan sebagai nama makanan dan merchandise khas dari Kota Surabaya.
Surabaya memang Kota terpanas yang selama ini Saya (Penulis ) jumpai. Namun dibalik panasnya Kota Surabaya tersebut, menyimpan berbagai cerita yang menarik khususnya bagi para Mahasiswa. Di Kota Surabaya inilah banyak orang-orang ternama lahir. “Surabaya Lebih Besar Dari Yang Kau Kira” itulah judul dari tulisan isinya akan dibagi dalam beberapa poin penting, diantaranya :



A.    Tempat Bagi Ditaklukkannya Pasukan Mongol
Pasukan Mongol tentunya tidak asing di telinga Kita. Kebesaran pasukan ini akibat ekspansinya yang luar biasa dengan menaklukkan daerah daerah yang diinginkannya membuat Pasukan Mongol ditakuti di Dunia pada masa itu. Sebagian bahkan sudah menyerah terlebih dahulu sebelum adanya pertempuran.
Tapi tidak banyak yang tahu bahwa Pasukan sebesar Mongol tersebut pernah di pecundangi di Pulau Jawa tepatnya di Ujung Galuh yang sekarang bernama Surabaya. Hal tersebut terjadi setelah Raden Wijaya yang menjadi Raja Majapahit membantai Pasukan Mongol setelah berhasil menumpas Jayakatwang yang menduduki singgasana Kerajaan Singosari.
Setelah kemenangan dalam pertempuran melawan Pasukan Jayakatwang dengan bantuan Raden Wijaya, Pasukan Mongol berpesta pora hingga mabuk. Rencana Raden Wijaya pun berjalan. Raden Wijaya yang tidak ingin Pulau Jawa dikuasai oleh Pasukan Mongol menyerang Pasukan Mongol yang sedang mabuk berat tersebut. Akhirnya Pasukan Mongolpun kalang kabut dan untuk pertama kalinya mengalami kekalahan dan itu terjadi di Surabaya. (Sumber Buku Gara-Gara Indonesia Karya Agung Pribadi)




B.     Tempat Bagi Pendidikan Para Mubaligh
Di Surabaya terdapat daerah yang dikenal dengan Daerah Ampel Denta atau Ampel. Tentunya tidak asing lagi ditelinga, karena Ampel merupakan tempat bagi Sunan Ampel atau Raden Rahmatulloh. Sunan Ampel dikenal sebagai guru dari para mubaligh. Dari Beliau lahir para mubaligh yang dengan gencarnya menyebarkan Islam di Nusantara. Rasanya tidak akan afdhol apabila Ziarah Wali tidak berkunjung di Makam Beliau Karena Beliau sendiri merupakan guru besar bagi para wali yang ada khusunya di Pulau Jawa.
Nasehat dari Sunan Ampel selalu dijadikan pedoman bagi beberapa pembesar Jawa pada saat itu. Ada sumber juga yang menyatakan bahwa Kerajaan sebesar Majapahitpun akan mendengarkan nasehat-nasehat dari Sunan Ampel yang dikenal dengan ajaran “Moh Limo” tersebut. Surabaya pada masa Sunan Ampel menjadi pusat bagi pertumbuhan agama Islam.



C.     Kota Pelabuhan Terbesar di Asia Pada Masa Hindia Belanda
Mungkin banyak yang belum mengetahui bahwa Surabaya dimasanya pernah besar dan jaya dengan penghasilan utamanya yaitu Perkebunan Tebu. Kebesaran Surabaya tersebut terjadi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Dalam tulisan Pak Sarkawi yang merupakan dosen dari Jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Airlangga yang dimuat di Jawa Pos edisi tanggal 6 Maret 2016 menyebutkan bahwa pembangunan berbagai infrastruktur seperti rel kereta api, galangan kapal, dan industri, serta penggunaan tenaga uap untuk menggiling tebu membuat Surabaya menjadi salah satu kota pelabuhan modern terbesar di Asia.
Hal tersebut merupakan fakta yang menarik dan belum banyak orang yang mengetahuinya bahwa Surabaya pernah menjadi Kota Terbesar di Asia. Sisa-sisa kebesarannyapun masih ada. Sebagian masyarakat menyuarakan kebesaran Kota Surabaya dengan lantunan lagu “Rek..Ayo Rek..Mlaku-Mlaku Nang Tujungan”. Lagu tersebut merupakan salah satu bentuk memori masyarakat Surabaya akan kebesaran Surabaya yang disuarakan melalui lagu.




D.    Latar Bagi Novel Fenomenal Berjudul “Bumi Manusia” Yang Ditulis Oleh Pramoedya Ananta Toer
Kebesaran Kota Surabaya juga digambarkan dalam novel Bumi Manusia. Novel Bumi Manusia berangkat dari Non-Fiksi dengan latar-latar tempat yang benar-benar ada. Membaca Novel tersebut akan membuat kecintaan terhadap Kota Surabaya menjadi besar. Selain itu, didalamnya terdapat banyak Quote yang menarik. Perkembangan intelektual di Kota Surabaya pada masa Hindia Belanda dikisahkan dalam buku tersebut.




E.     Tempat Pendidikan Awal Bung Karno
Bung Karno Sang Revolusioner merupakan orang yang lahir di Surabaya. Tidak seperti yang kebanyakan orang ketahui saat ini yang menyatakan bahwa Bung Karno berasal dari Blitar. Bung Karno pun mendapat didikan dari Kota Surabaya yang tentunya berpengaruh bagi perkembangan intelektual beliau. Orang yang berpengaruh bagi Dunia tersebut dulunya merupakan murid dari H.O.S Cokroaminoto yang merupakan pemimpin dari Sarekat Islam. Beliau berguru di H.O.S Cokroaminoto bersama dengan Semaun dkk. Selain itu, Bung Karno juga mendapatkan pendidikan di Sekolah milik Belanda yaitu HBS atau Hoogere Burger School.
Siapa yang tek kenal dengan Bung Karno. Ketenaran beliau bahkan hampir di seluruh dunia dengan kegigihan beliau menentang Kolonialisme. Bung Karno menjadi inspirasi bagi negara-negara lain yang dijajah sehingga banyak sekali negara-negara yang merdeka setelah Indonesia merdeka salah satunya berkat Konferensi Asia Afrika yang diadakan pada masa pemerintahan Bung Karno.
\


F.      Kota Sepak Bola
“Kota Sepak Bola Itu Bernama Surabaya”. Ya, itu adalah salah satu tulisan dari Ahmad Arif Chusnuddin yang merupakan kakak tingkat saya di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga. Tulisan tersebut tentunya tidak tanpa dasar karena Surabaya memang dimasanya pernah dikenal dengan kebesaran klub Sepak Bolanya. Klub Sepak Bola di Surabaya selalu mendominasi di berbagai Kompetisi.
Sepak Bola sendiri dibawa oleh Orang-orang Belanda yang kemudian dikenalkan kepada penduduk pribumi. Dengan cepatnya sepak bola menjadi populer di Surabaya. Terbukti dengan berdirinya beberapa Bond sebutan untuk klub sepak bola dalam bahasa belanda mulai seperti Soerabaiasche Voetbal Bonda milik Belanda dan Soerabaiasche Indische Voetbal Bond milik pribumi yang sekarang dikenal dengan nama Persebaya. Selain itu, HBS atau Hoogere Burger School disebutkan juga mempunyai klub sepak bola sendiri yang cukup terkenal. Soerbaiasche Indische Voetbal Bond atau yang sekarang dikenal sebagai Persebaya juga menjadi pelopor bagi berdirinya PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).


Setelah kemerdekaan tepatnya pada tahun 80-an, Surabaya menjadi tempat bagi klub-klub besar yang mendominasi di berbagai kompetisi nasional. Mulai dari Persebaya di Liga Perserikatan dan Niac Mitra dan Asyabab yang bermain di Liga Galatama. Banyak sekali tim-tim sepak bola dunia yang pernah bertanding melawan klub-klub besar Surabaya. Bahkan klub sebesar Arsenal pun pernah kalah oleh klub dari Surabaya yaitu Niac Mitra.

Kebesaran Surabaya pun juga diiringi dengan pendukung klub sepak bola tersebut. Bonek akronim jawa dari Bondo Nekat merupakan supporter dari Persebaya. Bonek dulunya dikenal dengan nama Green Force yang kemudian berganti sebutan Bonek. Bonek sendiri berawal dari semangat Arek-Arek Suroboyo yang berperang melawan tentara sekutu. Peperangan tersebut merupakan perang terbesar yang ada setelah perang dunia kedua. Arek-arek Suroboyo dengan Bondo Nekatnya hanya menggunakan senjata seadanya untuk berperang melawan sekutu. 
Bonek merupakan Pelopor bagi supporter modern yang ada di Indonesia. Bonek adalah supporter yang pertama kali mengadakan tour ke luar kandang atau away. “Tret…Tet” adalah istilah untuk tour ke luar kandang bagi Bonek. Bonek juga menjadi pelopor bagi adanya keseragaman bagi pendukung atau supporter. Bonek dengan warna khasnya yaitu ijo berbondong-bondong datang dimanapun tempat Persebaya bermain. (Sumber Buku Bonek Karya Fajar Junaedi)
Mahasiswa dengan Bonek tentunya tidak asing lagi. Banyak dari mereka bahkan memilih kuliah di Surabaya tujuannya hanyalah agar mudah untuk menonton Persebaya berlaga. Kecintaan Mahasiswa dengan Persebaya dibuktikan dengan munculnya banyak komunitas Bonek yang mengatasnamakan Kampus.



Berikut adalah Surabaya dengan segala kebesarannya. Jadi tidak ada alasan untuk kalian tidak betah tinggal di Surabaya karena SURABAYA LEBIH BESAR DARI YANG KAU KIRA!






Oleh : Doni Pebruwantoro



Berbicara mengenai sepakbola Indonesia tentunya tak akan lepas dari dunia politik. Yah, jangan salahkan politik jika mereka terlalu mengintervensi dunia sepakbola Indonesia. Jika diputar lagi sejarahnya, sepakbola Indonesia sangat bergantung pada orang-orang politik di negeri ini. Awalnya tim-tim sepakbola Indonesia dibentuk untuk melawan kekuatan kolonial Belanda. PSMS yang dulunya bernama Medansche Voetbal Bond ada di medan, PERSIJA yang dulunya bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra ada di Jakarta, PERSIS yang dulunya bernama Verenigde Voetbal Bond ada di Solo, PSIS yang dulunya bernama Voetbalbond Indonesia Semarang ada di Semarang, PERSEBAYA yang dulunya bernama Soerbaiasche Indische Voetbal Bond ada di Surabaya, dan PSM yang dulunya bernama Makassar Voetbal Bond ada di Makasar. Tim-tim tersebut adalah tim yg awalnya dibentuk sebagai perjuangan bangsa Indonesia untuk melawan penjajahan Belanda melalui sepakbola. Semua tim tersebut kemudian tergabung dalam sebuah kompetisi yaitu Perserikatan. Kompetisi amatir yang dibuat oleh PSSI untuk membuat persepakbolaan Indonesia semakin maju.


Perserikatan kemudian dijadikan sebagai sebuah adu gengsi antar daerah. Pemerintah daerah bersedia menggelontorkan dana APBD milyaran rupiah untuk tim-tim kebangggan daerah tersebut. Hal itu menyebabkan tim sepakboloa Indonesia sangat bergantung pada pemerintah. Dunia persepakbolaan Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan dunia politik. Para elit politik menjadikan tim sepakbola sebagai mobilisasi politik dan digunakan untuk mengeruk masa. Pada era modern sepakbola Indonesia, para petinggi dan pengurus klub juga menjabat sebagai elit politik. Sebagai contoh Pelita Jaya adalah milik dari keluarga Bakrie. Akan tetapi kita harus mengucapkan banyak terimakasih pada para elit politik seperti bapak Bakrie, Jusuf Kalla ataupun Arifin Panigoro karena beliau rela mengeluarkan uang milyaran rupiah dari kantong mereka demi membuat sepakbola Indonesia semakin menarik.
Dan sudah kita ketahui bahwa pemerintah kembali mengintervensi sepakbola Indonesia yaitu dengan membekukan PSSI yang berimbas pada terhentinya kompetisi sepakbola Indonesia. Sedih memang jika sepakbola Indonesia berhenti bergulir. Pemain, official, wasit dan segala elemen dari sepakbola Indonesia merasa sangat dirugikan dengan dibekukannya kompetisi liga Indonesia. Akan tetapi jika dilihat dari sisi lain, pembekuan sepakbola Indonesia bisa dijadikan sebagai momen untuk memperbaiki struktur organisasi PSSI dan kemudian membentuk sebuah kompetisi liga profesional yang jauh lebih baik, lebih menarik, jauh dari dunia politk dan mafia sepakbola. LPI (Liga Primer Indonesia) dan LSI (Liga Super Indonesia) yang digadang-gadang sebagai liga profesional Indonesia sangat jauh jika dikatakan baik. Banyak pemain yang gajinya belum terbayarkan, mafia sepakbola masih ada dan masih kesulitan untuk keluar mencari sponsor pendukung keuangan tim.
Entah apalah yang terjadi di dunia persepakbolaan Indonesia saat ini. Seperti pepatah yang mengatakan, hidup segan mati pun tak mau. Kompetiisi berjalan dengan banyak sekali kecurangan, dan niat perbaikan akan tetapi carut-marut persepakbolaan Indonesia dari tahun ketahun tak pernah terselesaikan. Begitu juga yang terjadi dengan prestasi sepakbola Indonesia, naik turun yang lebih banyak turunnya.  Dalam kompetisi antar negara ASEAN atau yang dikenal Piala AFF, timnas indonesia belum pernah keluar mengangkat piala juara. Prestasi terbaik terjadi pada tahun 2000, 2002,2004 dan 2010 yaitu menjadi runner up. Tampaknya timnas Indonesia lebih suka menjadi nomer dua. Prestasi terbaik dalam ajang SEA GAMES yaitu membawa pulang medali emas pada tahun 1991. Sudah 25 tahun Indonesia tak pulang membawa medali emas, selalu kalah dengan negara Thailand, Singapura, Malaysia dan Vietnam. Dimana macan asia dulu yang sempat mengaung keras dengan kedua taringnya yang tajam. Apakah macan tersebut masih tertidur lelap dan terlupa bagaimana caranya untuk bangun dan bangkit dari tidurnya?
Sepakbola dari sisi kacamata mahasiswa sangat penting. Mahasiswa sebagai makhluk rantauan penghuni kosan sangat membutuhkan sebuah tontonan sepakbola khususnya sepakbola Indonesia. Meskipun sepakbola Indonesia tak sehebat dan semenarik EPL maupun La Liga, setidaknya ada sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa jika dapat melihat dan ikut mendukung langsung tim kebanggan mereka bertanding di stadion. Menari dan bernyanyi bersama dengan yang lain, bersatu dalam satu warna pakaian. Kemudian dengan kebanggaannya tersebut, mereka menceritakan kepada teman sekampusnya saat berada di kantin maupun di warung kopi sebagai bahan pembicaraan. Itulah yang saya dengar saat berada disekitar teman saya yang merupakan pendukung setia dari klub Persebaya (1927) yaitu bonek.

Angin segar sedang menerpa sepakbola Indonesia. Kabar bahwa pemerintah akan mencabut keputusan pembekuan PSSI mulai ramai dibicarakan. Hal ini dapat diartikan bahwa Indonesia dapat terbebas dari sanksi FIFA dan dapat mengikuti agenda dari FIFA selaku induk persepakbolaan dunia. Dan jika kabar itu benar, Indonesia dapat ikut meramaikan Piala AFF dan SEA GAMES yang menjadi sebuah adu gengsi antar negara ASEAN pada tahun 2016 dan 2017. Membaiklah sepakbola Indonesia, cepat bangun dari tidurmu. Mengaunglah macan asia, jadilah macan yang benar-benar macan. Bravo sepakbola Indonesia.
Oleh : Inneke Yulistan
Berjuang ning Kota Perjuangan……. opo to kuwi ? Lak masalah juang berjuang ning Nganjuk yo enek Gedung Juang, tapi uduk kuwi.Berjuang iku koyok piye awake dewe ngintukne opo sing dikarep lan rela ngorbanake kanggo impian iku ben terkabul.Coro gampang e iso digawe conto iku perjuangan Indonesia merdeka soko kompeni.Lah opo maksude Kota Perjuangan ?Opo maneh ? Mestine Suroboyo. Mundak mucuk ae iki artine, Berjuang ning Kota Perjuangan berarti identik karo 10 November 1945 sing ndi arek-arek Suroboyo dikomandani karo Bung Tomo nglawan Sekutu modal pring tombak.Yo iku sejarah sing kudu dimangerteni marang wong enom kabeh.
Masio saiki Indonesia wis merdeka, ora terus kawulo mudone mandek berjuang.Adoh-adoh teko deso ngrantau ning kutho tugase mung golek ilmu, berjuang teko kegoblokan.Urip pas-pasan, adoh teko bapak ibu lak sinau yo kudu tenanan.Pancen angel urip dewe padahal biasane enek wong tuwo sing iso dijaluki tulung.Pancen angel urip sing biasane ning Nganjuk kota Angin saiki urip ning Suroboyo sing puanas cak ! Pancen angel urip ning Suroboyo sing bahasane medhok, kasar , lan ora sesuai karo kupinge wong Nganjuk sing isone krungu omongan alus. Pancen angel urip ning Suroboyo sing banyune buthek ora seger blas dibanding Nganjuk sing teko Gunung Wilis. Pancen angel urip ning Suroboyo  sing pingin rujakan pencit ae tuku. Yo kuwi Suroboyo, sing lak crito ning tonggo-tonggo omah apik lan dibanggakne. Iso ngrasakne Suroboyo apik kuwi yo awake dewe kudu sukses, ben lak lungo ning mall Galaxy isu tuku klambi ora mung ndeleng muter trus mulih.
Kanggo sedulur mahasiswa sing dadi pewaris peradaban, ngertio Indonesia iki uduk mung guyonan koyok stand up comedy ning kompas TV duk dolanan monopoli yo ora manut metune togel. Sinau perkoro kebangsaan uduk koyok ngaji drama Korea sing sok romantis, uduk akeh gaya koyok foto narsis. Ning ndi iki kawulo mudo pas rego beras sampek listrik sing nyekik, sing rego Lombok sampek daging koyok rego emas. Lan kowe konco ijik ora tenanan nimbo ilmu pas rakyatmu kalang kabut gundah ning ati. Pajek sing dibayar sampek kerjo abot mung kanggo subsidi sekolahmu ben putro putrine Indonesia dadi wong pinter lan akhlak e apik ora korupsi.
Gaween maneh jas almamatermu kebanggaanmu, ora peduli rupo nyatuo kanggo negoro. Jogoen amanah Gusti Pangeran perkoro status mulia mahasiswamu. Sedilut ae tinggalen gadgetmu, buyarno clan coc-mu, patenono medsosmu, shutdownen game duel otakmu. Elingo mahasiswa uduk mung mantra dukun dadi agent of change karo social control. Pintero, pekao, bijako, majuo, gagaho. Mbeloo rakyatmu, negoromu, tanah airmu. Indonesia nyeluk awakmu, rakyat butuh awakmu, nusantara kangen peranmu, Pertiwi ngundang  baktimu.


Surabaya, 19 November 2015
Created by Inneke Yulistan

Oleh : DWI FITRIANA


Tanggal 10 November setiap tahunnya di Indonesia, pasti ada. Semua orang

pasti sering mendengar satu kata penting pada pada tanggal tersebut. Kata apakah

itu? Ya, satu kata yang punya arti penting di negara Indonesia. Yaitu kata

“Pahlawan”. Pada hari itu, memang diperingati hari pahlawan di Indonesia. Karena

pada tanggal 10 November terjadi pertempuran untuk membela negara Indonesia.

Namun, apakah semua orang tahu siapakah itu pahlawan? Mungkin belum semua

tahu apa pengertian dan siapakah pahlawan itu.

Pahlawan adalah seseorang yang telah berjuang demi tanah air Indonesia

dan gugur dalam medan pertempuran demi membela, menjaga serta menegakkan

kemerdekaan Republik Indonesia. Pada hakikatnya, mereka para palawan berjuang

bukan untuk menyombongkan dirinya, bukan untuk pamer atas namanya dan

jasanya, dan bukan pula untuk ingin dihargai dan berharga di mata orang lain.

Namun, untuk apa mereka berjuang? Keinginan mereka itu adalah untuk membela

tanah air Indonesia agar mampu merdeka untuk selama-lamanya, tanpa ada jajahan,

tanpa penderitaan dan tanpa ada tekanan dari orang lain maupun bangsa lain. Entah

harus dengan pulang tanpa nama ataupun pulang dengan mandi darah, mereka tetap

ingin berjuang untuk Indonesia, untuk rakyat Indonesia, untuk kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan untuk masa depan Indonesia.

Apakah dengan usaha dan perjuangan yang seperti itu Bangsa Indonesia

bisa merdeka? Ya, memang dengan usaha yang seperti itu Bangsa Indonesia bisa

merdeka. Maka dari itu, kita harus menghargai jasa mereka. Kita harus bisa

mengambil nilai positif dari mereka. Para pahlawan itu, adalah orang yang berjasa

bagi kita masa kini. Apabila mereka sang pahlawan tidak berjuang memerdekakan

bangsa kita ini, kita tidak akan hidup nyaman, tanpa jajahan dan tanpa penderitaan

dari bangsa lain. Kita patut menghargai dan menghormati pahlawan-pahlawan kita.

Entah pahlawan revolusi, pahlawan proklamator, maupun pahlawan-pahlawan lain.

Kita harus bisa mencontoh sikap-sikap mereka. Kita harus

mengimplementasikan sikap yang nasionalisme dan patriotisme kita dalam

kehidupan Indonesia masa kini. Meskipun terlihat nyata bahwa bangsa kita ini

tidak dijajah, namun, tengoklah di kehidupan nyata ini. Bangsa kita benar-benar

nyata mengalami degragasi moral maupun mental. Lihatlah di dalam maupun di

luar daerah sana, masih dalam Negara Indonesia, korupsi, kolusi dan nepotisme

merajalela, kemiskinan menambah, pengangguran mencapai titik yang cukup

tinggi, pembakaran hutan oleh oknum-oknum tak dikenal, pembegalan kendaraan

bermotor dan masih banyak kejadian-kejadian lain di negeri Merah Putih ini. Kita

harus mampu, kita harus bisa memerangi hal-hal buruk yang akan mengancam

kehidupan anak cucuk kita di masa yang akan datang.

Pada tanggal 10 November 2015, dengan tema “Semangat Kepahlawanan

Adalah Jiwa Ragaku” pada hari pahlawan ini, kita sebagai para pemuda-pemudi

Indonesia harus mengimplementasikan semangat kobar pahlawan yang tertanam

dalam jiwa raga kita dalam kehidupan kita untuk memperbaiki tatanan kehidupan

negara Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan, entah bidang hukum, sosial,

budaya, ekonomi maupun politik. Kita harus memerangi berbagai ragam

permasalahan yang ada dengan menambah mutu pendidikan, mutu teknologi, mutu

perekonomian maupun dengan meningkatkan mutu pada bidang yang lain.

Oleh karena itu, sebagai pemuda-pemudi Merah Putih, kita harus mampu

menjaga, membela dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatun Republik

Indonesia, dengan semangat jiwa pahlawan yang ada dalam jiwa raga kita dan

dengan semangat nasionalisme dan semangat patriotisme. Dengan meningkatkan

kualitas mutu pendidikan maupun bidang lainnya serta melakukan aksi nyata baik

yang ada sehingga membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi dari yang

sebelumnya.

DWI FITRIANA

UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM, NGANJUK

IMPLEMENTASI JIWA PAHLAWAN DALAM JIWA RAGA PEMUDA

INDONESIA_085649414902
Oleh : Debby Pamungkas

move on? kata yang sangat fenomenal di kalangan generasi muda zaman sekarang. kalian susah move on? HAHA sama aku juga-_-

hmm move on tak melulu soal cinta. tapi kali ini move on dari sejarah masalalu. bukan sejarah masalalu bersama mantan. sekali lagi, masalalu tak melulu berkaitan dengan mantan.
pernah mendengar istilah JAS MERAH? Yap! JAS MERAH (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) merupakan kata-kata Bung Karno kepada rakyat Indonesia pada setiap pidatonya. pada saat itu, Bung Karno mengatakan kepada rakyat Indonesia bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa pahlawannya. dengan ini tentunya rakyat Indonesia dapat mengenang perjuangan pahlawan melalui sejarah bangsanya.
bayangkan tiap malam kalian selalu bernostalgia mengenang masalalu bersama mantan, namun tak sekalipun kalian berpikir untuk mengenang jasa para pahlawan. yang faktanya mantan tak lebih berjasa daripada pahlawan! oh sungguh betapa mudahnya kalian move on dari sejarah perjuangan bangsa ini.
para pahlawan yang rela bertumpah darah, mempertaruhkan nyawa, demi tanah air ibu pertiwi. lalu kita dengan percaya diri hanya menjadi penikmat dari itu semua. oh hanya penikmat? betapa gagalnya kita menjadi seorang generasi muda penerus bangsa jika dengan bangga hanya menjadi seorang penikmat.
teruskan perjuangan para pahlawan mengusir penjajah! karena kita sekarang berada dalam negeri yang terjajah oleh rakyatnya sendiri.
meminimalisir penggunaan produk luar negeri! jadilah generasi muda yang cinta produk dalam negeri.
brantas korupsi sejak dini. "bilang tidak untuk menyontek!"
brantas pemikiran masyarakat yang lebih menghargai nilai dibandingkan dengan proses.
saatnya kita bangkit dan membawa perubahan tanpa harus meninggalkan dan melupakan sejarah masalalu.
karena masalalu selalu punya banyak cara untuk membuat kita melakukan yang lebih dan lebih baik lagi.
so, 10 november kali ini generasi muda dilarang keras untuk move on dari masalalu! anggap pahlawan sebagai mantanmu yang sulit kalian lupakan jasa-jasanya! HAPPY HEROES DAY! Never stop dreaming!