Oleh : AKHMAD RIZAL BAHARI
10 November selalu diperingati dengan hari Pahlawan. Menurutku Pahlawan adalah mereka yang telah gugur dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia ini. Secara formal Negara dapat memberikan gelar “Pahlawan” pada seseorang karena tindakan kepahlawanannya. Tindak Kepahlawanan adalah perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya. maka pengertian yang cocok adalah bahwa pahlawan adalah pejuang yang gagah berani. Lalu, jika demikian masihkah ada pahlawan saat ini?
Sejatinya, pahlawan harus selalu ada. Sejatinya semua kita harus menjadi pahlawan. Bukan pahlawan hasil pilihan dan polling pemirsa TV, bukan pula pahlawan hasil pencalonan seseorang, tetapi pahlawan yang selalu rela berkorban demi kebenaran meski tanpa diketahui orang lain atau tanpa liputan media. Apapun dan siapapun kita, harus mengedepankan kebenaran, bahkan memperjuangkannya. Berat memang, namun itulah tantangan menjadi seorang pahlawan. Seperti halnya para pahlawan kemerdekaan kita, tentu tak ada niat sedikitpun menginginkan gelar pahlawan disematkan pada mereka. Niatnya cuma satu, merdeka atau mati. Bahkan, tentu jauh lebih banyak lagi pahlawan tak dikenal yang rela mati demi kemerdekaan dibandingkan yang kita ketahui namanya saat ini.
Namun bukankah kalau kita mau jujur tindak dan nilai kepahlawanan itu seringkali tertimbun ditengah hal-hal lain yang lebih menyita perhatian kita. Di televisi orang-orang menyayangkan maraknya korupsi, kekerasan, tawuran, carut marut politik dan merindukan hadirnya pahlawan. Bukan hanya itu, anak-anak kecil pun kehilangan panutan, sehingga di mata mereka pahlawan itu hanyalah sejarah, dan keteladanan itu adalah siapa yang mereka kagumi di layar kaca. Siapa pahlawanmu? Superman, Batman, Doraemon, Pahlawan Bertopeng atau bidadari bertongkat di televisi itu? Para pahlawan itu sudah ada disekitar kita, dan kita sering tidak menyadarinya, karena untuk mempahlawankan seseorang kita menuntut hal-hal besar. Bahkan kitapun dapat menjadi pahlawan, paling tidak bagi keluarga kita.
Sudahlah jangan dipertentangkan lagi istilah pahlawan, sementara masih banyak anak negeri menjadi pahlawan di tingkatan keluarga pada lingkungan terkecil. Kepala keluarga berjuang sepanjang hari mencari nafkah untuk menghidupkan keluarga dengan cara yang halal, sejatinya mereka adalah pahlawan. Inilah pahlawan sejati yang tidak memerlukan tanda-tanda kehormatan yang disematkan didada seperti para pahlawan nasional itu. Mereka cukup puas dan lega ketika anggota keluarga sejahtera bisa menikmati rezeki dari Tuhan Yang Maha Kaya dalam batasan kesederhaan rakyat jelata.
Dalam upaya kepedulian massal ini, tidak usahlah kita terlalu banyak berharap ke pada Pemerintah berkuasa. Nampaknya para pemimpin itu masih belum selesai dengan dirinya sendiri. Bagaimana pula mereka akan memikirkan rakyat banyak sedangkan urusannya sendiri tak kunjung selesai. Sibuk bekutat pada masalah politik dan hal hal yang jauh dari amanah, membuat kosentrasi para penguasa tertumpah bagaimana cara menyelesaikan urusan dirinya sementara waktu berjalan terus dan kemiskinan semakin menyebar di seluruh tanah air ini.
Bagiku pahlawan adalah seseorang yang memberdayakan dirinya agar berguna bagi orang lain. Ayahku yang sederhana adalah pahlawan bagiku. Beliau tak kenal lelah mengajar dari pagi hingga petang menjelang, untuk mendapat penghasilan halal guna menghidupi keluarga, agar kami hidup layak. Beliau tak pernah memintaku menjadi yang terbaik, tapi selalu antusias, memberi hal terbaik yang aku perlukan saat aku harus mengikuti kegiatan atau kompetisi. Ayahku adalah pahlawan dalam arti sebenarnya, yang tak hanya bicara tapi dibuktikan dalam tindakan nyata, membantu apapun yang ia bisa baik materi, ilmu dan kesempatan bagi yang membutuhkan, dan sama sekali tak menuntut balas. Yang mencintai keluarganya namun juga mencintai kehidupan di sekitarnya. Aku sangat mengaguminya, lelaki yang menggenggam dunia dalam tangannya namun teramat lembut bersikap pada istri dan anak-anaknya.
Kitapun bisa menjadi pahlawan, setidaknya bagi diri kita sendiri. Dengan menghargai anugerah fisik yang kita miliki, dan mengoptimalkan penggunaannya tanpa merugikan orang lain. Jika ucapan yang keluar dari mulut kita hanya akan menyakiti, membuat orang lain patah semangat, lebih baik memilih diam. Jika tangan tak bisa mengulurkan bantuan, setidaknya jangan menerima suap atau menggunakannya untuk menampar. Jika tak bisa membuat orang lain bahagia, setidaknya jangan membuat orang lain terluka, yang akan mendorongnya mendoakan kemalangan kita. Karena Tuhan mengabulkan doa orang yang teraniaya, cepat atau lambat.
Pahlawan, tidak hanya tercipta dari mereka yang dari lahir memiliki hati yang mulia. Pahlawan juga bisa tercipta oleh keadaan. Seorang pelacur terpilih sebagai penghuni surga, karena memilih memberikan air minumnya demi kelangsungan hidup seekor anjing daripada dirinya sendiri. Tuhan tak memilih profesi, melainkan hati.
Ketika kita peduli dan menyumbang sebagian rizki atau memilih menjadi sukarelawan bencana alam, maka kita telah berproses menjadi pahlawan. Jika menjadi pejabat kita belum tergerak menolong rakyat yang kesusahan, setidaknya janganlah mengeluarkan pernyataan yang membuat luka hati para korban. Atau datang ke lokasi bencana dengan membawa simbol-simbol yang ingin dijual, atau rombongan pengamanan yang merepotkan. Berusaha menarik simpati para korban, menaikkan popularitas diri dan ditukar dengan bantuan ala kadarnya yang dibawa. Sama artinya kita telah menjadi pahlawan yang paling dibenci dan dihindari….”Pahlawan Kesiangan”.
Pahlawan hanya patut disandangkan kepada warga negara yang telah begitu banyak berjasa kepada bangsa dan pengorbanan mereka telah terbukti memberikan perubahan bermakna bagi kehidupan bangsa. Baiklah, memang gelar pahlawan itu hanya di sandangkan ketika sosok berjasa itu telah wafat. Namun untuk menjadi pahlawan saat ini tidak perlu harus mati, tapi kerjakanlah segala sesuatu yang baik dan berguna bagi sesama. Kalau untuk itupun anda belum bisa, cukup mulailah dengan mendukung dan tidak mengacaukannya.
Selamat Hari Pahlawan kepada semua pahlawan yang dikenal maupun tidak, yang telah tiada maupun yang masih hidup, yang pahlawan pejuang maupun pahlawan kebenaran.
“Pahlawan adalah diri kita sendiri, bagaimana kita bisa bersikap layaknya seperti pahlawan. Cintai dan pertahankanlah negaramu apapun keadaannya. BERBUATLAH DENGAN HATI, bukan berbuat sesuka hati”
Presented By :
AKHMAD RIZAL BAHARI (akhmadrizz)
S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014
Kalian adalah pahlawan
BalasHapusKetika bersemangat untuk bermanfaat
Ketika berkarya tanpa pinta
Ketika berbuat kebaikan tanpa harapan
Tetap bersinergi untuk mengabdi
#Argabayu_Tempo_Doeloe