Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Oleh : Muhamad Rohman Obet

Jalur Sutera adalah perdagangan yang menghubungkan antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Eropa. Jalur ini berasal dari Cina Kuno. Jalur Sutera diperkirakan mulai ada sejak masa Dinasti Han yaitu sekitar tahun 206 SM. Jalur ini dikenal cukup ramai dengan berbagai hubungan perdagangan antar suku bangsa.
Dinamakan jalur sutera karena pada masa tersebut Cina mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam memproduksi Sutera yang merupakan kain Indah berasal dari kepompong Ulat Sutera, Sehingga Pedagang Cina Melakukan perjalanan ke Barat untuk memperdagangkan sutera begitu juga sebaliknya Pedagang Eropa melakukan perjalan ke Timur untuk mencari tempat asal dari Sutera. Sutera merupakan barang yang bernilai jual tinggi. Hanya dari kalangan atas yang mempunyai kemampuan secara finansial yang bisa memilikinya karena harganya yang mahal. Oleh karena itu Sutera menjadi tolak ukur untuk menilai status sosial dan ekonomi dalam Masyarakat.
Sutera dari Cina menjadi dambaan karena keindahannya, Sehingga hubungan antara Cina, India dan Eropa (Romawi). Cina, India dan Eropa (Romawi) saling mengunjungi untuk kepentingan perdagangan, politik, sekaligus agama.
Cina tercatat sebagai penghasil Sutera sejak ribuan tahun yang lalu. Dengan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki, Cina mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam memproduksi Sutera, Sehingga keindahan Sutera dari Cina terkenal sampai Eropa (Romawi) dan menjadi barang yang paling dicari oleh Negara-negara diluar Cina.
Dalam sejarah Cina kuno, produksi sutera mendapatkan apresiasi penuh dari Kekaisaran.  Sebelumnya Sutera hanya dipakai oleh kalangan Orang-orang Kekaisaran saja, Namun karena produksinya yang terus mengalami peningkatan akhirnya berinisiatif untuk menjual Sutera ke berbagai Negara di luar Cina. Sejak itulah hubungan Cina dengan Eropa (Romawi) mulai terjalin.
Akan tetapi perjalanan Orang Cina menuju ke Barat sering kali mendapat hadangan dari suku-suku kecil di Asia Tengah. Mereka adalah Suku-suku yang selalu menjarah barang-barang orang yang melewati daerahnya. Suku tersebut disebut dengan Suku Nomad. Karena seringnya terjadi penjarahan, Maka Kekaisaran Han mengambil keputusan dengan mengirim seorang Jenderal bernama Zhang Qian dalam rangka menjalin hubungan baik dengan Suku Nomad untuk menyelamatkan pedagang-pedangan Cina sekaligus memperluas wilayah kekuasaan.
Asia Tengah merupakan jantung utama dalam jalur sutera penghubung Cina dengan Negara-negara penting lainnya. Banyak dijumpai peninggalan dari peradaban dan kebudayaan tinggi di Jalur Sutera yang berada di Asia Tengah. Aktifitas di Jalur sutera menyebabkan daerah tersebut menjadi daerah yang ramai dengan berbagai aktifitas pedagang-pedagang dari berbagai Negara. Oleh karena itu Jalur Sutera meninggalkan banyak cerita dan peristiwa penting yang menjadikan cikal bakal hubungan antara Dunia Barat dan Dunia Timur. Pertukaran-pertukaran ide secara langsung maupun tidak langsung terjadi disepanjang Jalur Sutera.
Jalur Sutera terbagi menjadi dua jalur utama yaitu jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara melewati Bulgar-Kipchak menuju Eropa Timur-Semenanjung Crimea , kemudian menuju laut hitam, Laut Marmara, Laut Balkan dan Venesia. Sementara jalur selatan melewati Turkestan-Khurasan menuju Mesopotamia, Anatolia-Antiokiah menuju laut tengah ke Mesir dan Afrika Utara.
Para pedagang tidak hanya menggunakan jalur darat melainkan juga menggunakan jalur laut, Namun pada masa Dinasti Han pedagang-pedagang lebih memilih melewati Jalur darat karena kondisi gografis yang lebih nyaman dilewati dari pada jalur laut.
Menurut sumber sejarah Jalur Sutera dimula dari Changan (sekarang Xi’an) sebuah kota Cina Kuno sampai di pesisir timur Mediterania. Jalur Sutera meninggalkan berbagai macam peninggalan baik berupa percampuran budaya, karya-karya seni dan gagasan-gagasan mengenai kehidupan keagamaan.
Salah satu orang yang melalukan perjalanan di Jalur Sutera adalah Marcoplo. Marcopolo merupakan seorang pedagang dan penjelajah. Marcoplo melakukan perjalanan terinspirasi dari ayah dan pamannya Niccolo dan Maffeo pada saat Dinasti Mongol berkuasa dan menjadi orang yang dipercaya oleh Kubilai Khan yang menjadi Pengusa terkaya di Cina. Marcopolo juga pernah dipenjara setelah terjadi peperangan dengan Geno. Marcopolo juga berbagi cerita dengan teman satu selnya.
Marcopolo lahir pada 15 September 1254. Marcopolo menjelajah dari Venesia ke Sudak, Acre, Baghdad, Samarkhand, Khotan, Khambalik dan sampai di yangzhou (Cina). Marcopolo juga menjelajah dari Cina ke Persia yang merupakan tugas dari Kubilai Khan mengantarkan anaknya menikah dengan Raja Arghun.  Marcopolo menggambarkan tempat yang dikunjungi dalam bukunya.
Dari berbagai macam penjelajahan dan perjalanannya tersebut Marcopolo mendapatkan kekayaan berupa emas, batu dan barang berharga lainnya. Marcopolo juga mendapat penghargaan dan menjadi orang kepercayaan. Pada tahun 1291 Kubilai Khan memberi Marcopolo hadiah berupa barang yang berharga dan pada tahun 1303 Raja Persia memberi Marcopolo 4 medali emas.
Sesampai di Venesia, Maropolo mendapatkan kehormatan dari Orang-orang Venesia. Marcopolo memberikan pelayan-pelayannya baju dari hadiah-hadiah yang diperolehnya. Marcopolo meninggal pada 8 Januari 1324 di Venesia. Kemudian Marcopolo dikuburkan di San Lorenzo.
Karena perjalanan dan penjelajahannya Orang Eropa dapat mengetahui hal-hal yang ada diluar Venesia dan mengetahui budaya-budaya Orang Cina. Marcopolo juga menceritakan tentang Eropa kepada Raja Kubilai Khan. Penjelajah-penjelajah selanjutnya melakukan perjalanan dengan menggunakan jalur yang dilewati Marcopolo untuk pergi ke tempat-tempat yang pernah Marcopolo kunjungi.
Namun dalam perkembangannya Marcopolo yang dinobatkan sebagai salah satu penjelajah terbesar mendapat gugatan. Beberapa Orang berpendapat bahwa Marcopolo sebenarnya tidak pernah menjelajah ke Dunia Timur. Marcopolo diduga hanya mendengarkan dari pedagang Persia yang bertemu di Laut Hitam.
Arkeolog menujukkan sejumlah hal yang tidak konsisten dan akurat dalam tulisan Marcopolo, diantaranya adalah perihal invasi Kubilai Khan dari Mongol terhadap Jepang dan penggambaran kapal armada mongol. Meskipun begitu tulisan Marcoplo cukup membantu dalam penjelasan mengenai Jalur Sutera sebuah jalur perdagangan yang fenomenal.
Selain Marcopolo ada juga tokoh lain yang berjasa dalam penulisan mengenai Jalur Sutera. Tokoh tersebut adalah Sven Hedin seorang berkebangsaan Swedia. Sven Hedin lahir pada tanggal 19 Februari 1865 di Stockholm. Sven Hedin terinspirasi dari penjelajah Arctic, Adolf Erik Nordenskiold. Sejak saat itu Sven Hedin berkeinginan untuk menjadi seorang penjelajah. Setelah mendapatkan gelar doktor di Jerman, Sven Hedin melakukan perjalanan di Persia. Dalam ekspedisinya Sven Hedin secara berani melewati pegunungan dan padang pasir di Asia Tengah.
Sven Hedin merupakan orang pertama yang menggali reruntuhan Kota kuno Budha. Dokumentasi selama perjalanannya digambarkan sendiri dalam lukisan yang membuatnya menjadi orang yang terkenal. Sekembalinya ke Stockholm Sven Hedin mendapatkan kehormatan layaknya seorang Pahlawan yang baru pulang berperang.

Karena keterlibatan politik dalam perang dunia, Sven Hedin mendapatkan kecaman dari musuh-musuh Jerman yang dibelanya. Meskipun begitu Sven Hedin tetap dianggap sebagai orang yang berjasa besar dalam memberikan gambaran tentang Jalur Sutera selain Marcopolo.

Oleh : Bella Tresna Natasha, A.Md

Kemarin adalah salah satu hari paling indah dalam hidupku. Wisuda; satu waktu yang paling dinanti mereka yang mencicipi bangku kuliah. Banyak orang yang menilai berlebihan pada capaianku hari itu. Menyelesaikan studi diploma dalam waktu 2,5 tahun, dengan IPK yang meski tidak luar biasa namun hampir ada di angka 3.5, dengan cukup pengalaman organisasi dan list prestasi yang membuat poin Sistem Kredit Prestasi ku nyaris berada di angka 500 (dengan ketentuan kampus minimal 80 poin). Percayalah, setiap capaian memiliki cerita perjuangannya sendiri. Semua “penyelesaian” ini bermula dari kisah seorang remaja galau yang merasa salah jurusan, merasa sudah gagal dari awal, dan tidak tahu bagaimana bisa bertahan hingga akhir.
Aku mengawali masa kuliah dengan kemuraman. Bagaimana tidak, aku ditolak mentah-mentah oleh program studi yang sudah ku idamkan sejak 5-6 tahun sebelumnya. Ditambah lagi saat itu aku berada di program studi yang tidak ku senangi. Semester pertama, aku sering melewati malam dengan tangisan, masih beum ikhlas dengan takdir. Iri pada mereka yang kuliah S1, sedangkan aku HANYA kuliah D3 dengan jurusan yang entah seberapa besar peluangnya di dunia kerja. Sebagai pelarian, aku mencoba menenggelamkan diri dalam berbagai macam kegiatan dan organisasi kampus. Pada awal perkuliahan, aku sempat aktif di tiga Unit Kegiatan Mahasiswa (semacam ekstrakurikuler di SMA), satu Unit Kegiatan Fakultas, dan Himpunan Mahasiswa Program Studi. Berhasil kah? Lumayan. Boleh lah sedikit stress saat kuliah, tapi bisa bersenang-senang dengan kegiatan organisasi.
Pada semester ketiga, aku kembali mengikuti SBMPTN dan diterima di salah satu kampus. Sayangnya, dengan jurusan yang tidak berbeda jauh dengan jurusanku saat itu. Tentu, di kampus yang baru ini aku diterima di program S1.  Dengan kenekatan, kuliah-lah aku di dua kampus pada semester itu. Pada waktu memutuskannya, aku berpikir, S1 tentu lebih baik daripada D3. Namun untuk melepaskan pendidikan D3-ku yang sudah setengah jalan juga sayang.
Kuliah “double-degree”ku hanya berjalan satu semester. Mengapa? Banyak alasan. Yang pertama, aku tidak menemukan kepuasan seperti yang ku kira akan ku dapat dengan memilih kuliah S1. Tidak ada bedanya, bahkan aku merasa lebih cocok kuliah di D3 mengingat lebih banyaknya praktek yang ku dapat daripada di S1 (aku tipe orang yang tidak terlalu nyaman belajar dengan buku-buku tebal). Kedua, kuliah di dua tempat tersebut semakin membuatku jenuh kuliah. Ibaratnya, sudah eneg dengan sepiring makanan, tapi malah berusaha melahap dua piring. Ketiga, kejenuhan pada kuliah semakin menumbuhkan keberanian untuk mengambil jalanku sendiri dalam mengembangkan passionku. Aku mulai ingin menambah porsi kegiatan-kegiatan yang “berguna” untuk perkembangan passionku.
Semester berikutnya, ku lepaskan kuliah S1-ku demi kuliah D3-ku. Menyesalkah membuang waktu satu semester di tempat lain? Tidak. Dari pengalaman itu, Allah menegurku untuk berhenti mengeluh dan menyalahkan keadaan. Allah menyadarkan bahwa Allah tidak pernah menjerumuskanku, Allah selalu memberikan yang terbaik bagiku. Begitupun dengan kuliahku saat itu. Semester empat, aku sangat fokus pada organisasi dan berbagai kompetisi tanpa meninggalkan kuliah. Pada semester itu-lah aku mulai memasang target untuk segera merampungkan kuliah pada semester lima, dan “membebaskan diri”. Pada saat ini pula aku mulai bekerja sebagai penyiar radio sebagai salah satu cara bagiku untuk “menyicil” karirku kedepannya nanti, tentunya juga sebagai tambahan media penyaluran passion.

Semester lima, bisa dikatakan sebagai semester terberat selama masa perkuliahan. Dimulai dengan perjuangan untuk bisa menjalankan Praktek Kerja Lapangan seorang diri di Bank Indonesia, perjuangan mengurus kelas mata kuliah Agama Islam II untuk merger dengan jurusan lain (karena jurusanku tidak buka mata kuliah itu di semester ganjil), beban mata kuliah yang masih full 24 SKS dijalani bersamaan dengan pengerjaan tugas akhir, tanggung jawab kepengurusan organisasi, dan pekerjaan sebagai penyiar radio yang tentunya harus profesional. Jarang tidur, pola makan tidak karuan, dan beban pikiran yang tidak pernah berkurang sempat membuatku terbaring di rumah sakit beberapa hari menjelang UTS. Semester lima adalah saat dimana aku jarang mengikuti kuis, absen di banyak presentasi, dan minim sumber belajar untuk ujian. Sungguh, perjuangan yang luar biasa sampai akhirnya bisa menyelesaikan semester terakhir tersebut dengan IPK yang masih terselamatkan meskipun turun, dan tetap menyelesaikan tanggung jawab organisasi dengan bantuan teman-teman yang penuh pengertian, serta menambah daftar prestasi.
Kini perjuanganku selanjutnya baru saja meninggalkan garis start. Apa yang akan ku lakukan, masih menjadi rahasia Allah, hehe. Tentu proposal rencana masa depan sudah ku ajukan ke hadapan-Nya, apakah segera di-acc atau ada yang direvisi, aku pun masih penasaran menunggu hasilnya. Yang jelas, saat ini aku tidak lagi khawatir pada satu pertanyaan yang ku sampaikan di awal tulisan ini, tentang seberapa besar peluang kerja dari program studi atau kampusku. Pekerjaan itu soal kemampuan diri sendiri, tidak cukup dengan nama universitas, program studi, bahkan IPK yang kita miliki (statement ini disampaikan oleh seseorang yang sudah pernah bekerja juga lo, bukan hanya ucapan optimistik seorang fresh graduated).
Intinya, dimanapun kalian berada saat ini, wahai calon mahasiswa dan mahasiswa yang sedang berjuang, bersyukurlah karena Tuhan pasti memilihkan tempat terbaik bagi kalian. Jangan berhenti bergerak dan mengutuk tembok di depan kalian, teruslah berlari dan temukan jalan yang lain. Meski memutar dan jaraknya lebih jauh, bukan berarti kalian tidak bisa sampai di tujuan. Percayalah pada kemampuan kalian dan hargai keinginan Tuhan untuk meng-upgrade kemampuan kalian dengan memberikan medan yang terjal. Di dunia ini, tidak ada kesuksesan yang tidak memiliki cerita tentang rasa sakit dan air mata.

Surabaya, 21 Maret 2016
Oleh : Rizky Oktaviani Cahyaningsih




Universitas Negeri Surabaya (Unesa) adalah perguruan tinggi negeri  yang berada di kota Surabaya. Berdiri pada 19 Desember 1964. Unesa memiliki dua kampus utama, yaitu Kampus Ketintang  dan kampus Lidah Wetan, serta memiliki kampus lain di Gedangan, Sidoarjo (PLB) dan di Jl.Teratai Surabaya (PG-PAUD). Namun, kedua jurusan ini akan dipindahkan ke kampus Lidah Wetan sekitar pertengahan tahun 2016.

Unesa memiliki 7 Fakultas, yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, serta Fakultas Ilmu Keolahragaan. Unesa mengelola program studi kependidikan maupun non kependidikan, dengan jenjang diploma (D2 dan D3), strata satu (S1), dan pascasarjana yang terdiri atas strata dua (S2) dan strata 3 (S3). 

Daftar Fakultas dan Jurusan
Kampus Ketintang



ĂĽ   Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
1.       S1 Pendidikan Matematika
2.       S1 Pendidikan Fisika
3.       S1 Pendidikan Kimia
4.       S1 Pendidikan Biologi
5.       S1 Matematika *)
6.       S1 Fisika *)
7.       S1 Biologi *)
8.       S1 Kimia *)
9.       S1 Pendidikan Sains
ĂĽ   Fakultas ilmu Sosial dan Hukum (FISH)
1.       S1 PPKn
2.       S1 Pendidikan Geografi
3.       S1 Pendidikan Sejarah
4.       S1 Ilmu Hukum *)
5.       S1 Ilmu Administrasi Negara *)
6.       S1 Sosiologi *)
7.       S1 Ilmu Komunikasi *)
8.       D3 Administrasi Negara *)
ĂĽ   Fakultas Teknik (FT)
1.       S1 Pendidikan Teknik Elektro
2.       S1 Pendidikan Teknik Mesin
3.       S1 Pendidikan Teknik Bangunan
4.       S1 Teknik Sipil *)
5.       S1 Pendidikan Teknologi dan Informasi
6.       S1 Teknik Elektro *)
7.       S1 Teknik Mesin *)
8.       S1 Pendidikan Tata Boga
9.       S1 Pendidikan Tata Rias
10.   S1 Pendidikan Tata Busana
11.   D3 Teknik Listrik *)
12.   D3 Manajemen Informatika *)
13.   D3 Teknik Mesin *)
14.   D3 Teknik Sipil *)
15.   D3 Transportasi *)
16.   D3 Tata Boga *)
17.   D3 Tata Busana *)
ĂĽ   Fakultas Ekonomi (FE)
1.       S1 Pendidikan Ekonomi
2.       S1 Pendidikan Akuntansi
3.       S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran
4.       S1 Pendidikan Tata Niaga
5.       S1 Manajemen *)
6.       S1 Akuntansi *)
7.       D3 Akuntansi *)

Kampus Lidah Wetan

ĂĽ   Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
1.       S1 Psikologi *)
2.       S1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (BK)
3.       S1 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
4.       S1 Pendidikan Luar Biasa
5.       S1 Pendidikan Luar Sekolah
6.       S1 PGSD
7.       S1 PG-PAUD
8.       S1 Manajemen Pendidikan
ĂĽ   Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
1.       S1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
2.       S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga
3.       S1 Ilmu Keolahragaan
ĂĽ   Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)
1.       S1 Pendidikan Bahasa Indonesia
2.       S1 Pendidikan Bahasa Jerman
3.       S1 Pendidikan Bahasa Inggris
4.       S1 Pendidikan Bahasa Jepang
5.       S1 Pendidikan Bahasa Jawa
6.       S1 Pendidikan Seni Rupa
7.       S1 Pendidikan Sendratasik
8.       S1 Sastra Indonesia *)
9.       S1 Sastra Inggris *)
10.   S1 Sastra Jerman *)
11.   S1 Pendidikan Bahasa Mandarin
12.   D3 Desain Grafis
*) NON-KEGURUAN

Selain enjang diploma dan sarjana,terdapat jenjang S2 dan S3 di Pascasarjana Unesa, antara lain :
1.       Program Studi Magister Pendidikan Matematika
2.       Program Studi Magister Pendidikan Olahraga
3.       Program Studi Magister Pendidikan Sains
4.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
5.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris
6.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing-Jepang
7.       Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing-Jerman
8.       Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
9.       Program Studi Magister Pendidikan Dasar
10.   Program Studi Magister Pendidikan Anak Usia Dini
11.   Program Studi Magister Pendidikan Seni Budaya
12.   Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
13.   Program Studi Magister Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
14.   Program Studi Magister Teknologi Pendidikan
15.   Program Studi Magister Pendidikan Luar Biasa
16.   Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi

1.       Program Studi Doktor Pendidikan Matematika
2.       Program Studi Doktor Ilmu Keolahragaan
3.       Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra
4.       Program Studi  Doktor Pendidikan Sains
5.       Program Studi Doktor Teknologi Pendidikan
6.       Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan
Informasi lengkap kunjungi  www.unesa.ac.id

Growing With Character



C:\Users\ASUS\Pictures\RizzMan\C360_2015-09-06-23-01-24-458.jpg
Oleh : AKHMAD RIZAL BAHARI
10 November selalu diperingati dengan hari Pahlawan. Menurutku Pahlawan adalah mereka yang telah gugur dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia ini. Secara formal Negara dapat memberikan gelar “Pahlawan” pada seseorang karena tindakan kepahlawanannya. Tindak Kepahlawanan adalah perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya. maka pengertian yang cocok adalah bahwa pahlawan adalah pejuang yang gagah berani. Lalu, jika demikian masihkah ada pahlawan saat ini?
Sejatinya, pahlawan harus selalu ada. Sejatinya semua kita harus menjadi pahlawan. Bukan pahlawan hasil pilihan dan polling pemirsa TV, bukan pula pahlawan hasil pencalonan seseorang, tetapi pahlawan yang selalu rela berkorban demi kebenaran meski tanpa diketahui orang lain atau tanpa liputan media. Apapun dan siapapun kita, harus mengedepankan kebenaran, bahkan memperjuangkannya. Berat memang, namun itulah tantangan menjadi seorang pahlawan. Seperti halnya para pahlawan kemerdekaan kita, tentu tak ada niat sedikitpun menginginkan gelar pahlawan disematkan pada mereka. Niatnya cuma satu, merdeka atau mati. Bahkan, tentu jauh lebih banyak lagi pahlawan tak dikenal yang rela mati demi kemerdekaan dibandingkan yang kita ketahui namanya saat ini.
Namun bukankah kalau kita mau jujur tindak dan nilai kepahlawanan itu seringkali tertimbun ditengah hal-hal lain yang lebih menyita perhatian kita. Di televisi orang-orang menyayangkan maraknya korupsi, kekerasan, tawuran, carut marut politik dan merindukan hadirnya pahlawan. Bukan hanya itu, anak-anak kecil pun kehilangan panutan, sehingga di mata mereka pahlawan itu hanyalah sejarah, dan keteladanan itu adalah siapa yang mereka kagumi di layar kaca. Siapa pahlawanmu? Superman, Batman, Doraemon, Pahlawan Bertopeng atau bidadari bertongkat di televisi itu? Para pahlawan itu sudah ada disekitar kita, dan kita sering tidak menyadarinya, karena untuk mempahlawankan seseorang kita menuntut hal-hal besar. Bahkan kitapun dapat menjadi pahlawan, paling tidak bagi keluarga kita.
Sudahlah jangan dipertentangkan lagi istilah pahlawan, sementara masih banyak anak negeri menjadi pahlawan di tingkatan keluarga pada lingkungan terkecil. Kepala keluarga berjuang sepanjang hari mencari nafkah untuk menghidupkan keluarga dengan cara yang halal, sejatinya mereka adalah pahlawan. Inilah pahlawan sejati yang tidak memerlukan tanda-tanda kehormatan yang disematkan didada seperti para pahlawan nasional itu. Mereka cukup puas dan lega ketika  anggota keluarga sejahtera bisa menikmati rezeki dari Tuhan Yang Maha Kaya dalam batasan kesederhaan rakyat jelata.
Dalam upaya  kepedulian massal ini, tidak usahlah kita terlalu banyak berharap ke pada Pemerintah berkuasa. Nampaknya para pemimpin itu masih belum selesai dengan dirinya sendiri. Bagaimana pula mereka akan memikirkan rakyat banyak sedangkan urusannya sendiri tak kunjung selesai. Sibuk bekutat pada masalah politik dan hal hal yang jauh dari amanah, membuat kosentrasi para penguasa tertumpah bagaimana cara  menyelesaikan urusan dirinya sementara waktu berjalan terus dan kemiskinan semakin menyebar di seluruh tanah air ini.
Bagiku pahlawan adalah seseorang yang memberdayakan dirinya agar berguna bagi orang lain. Ayahku yang sederhana  adalah pahlawan bagiku. Beliau tak kenal lelah mengajar dari pagi hingga petang menjelang, untuk mendapat penghasilan halal guna menghidupi keluarga, agar kami hidup layak. Beliau tak pernah memintaku menjadi yang terbaik, tapi selalu antusias, memberi hal terbaik yang aku perlukan saat aku harus mengikuti kegiatan atau kompetisi. Ayahku adalah pahlawan dalam arti sebenarnya, yang tak hanya bicara tapi dibuktikan dalam tindakan nyata, membantu apapun yang ia bisa baik materi, ilmu dan kesempatan bagi yang membutuhkan, dan sama sekali tak menuntut balas. Yang mencintai keluarganya namun juga mencintai kehidupan di sekitarnya. Aku sangat mengaguminya, lelaki yang menggenggam dunia dalam tangannya namun teramat lembut bersikap pada istri dan anak-anaknya.
Kitapun bisa menjadi pahlawan, setidaknya bagi diri kita sendiri. Dengan menghargai anugerah fisik yang kita miliki, dan mengoptimalkan penggunaannya tanpa merugikan orang lain. Jika ucapan yang keluar dari mulut kita hanya akan menyakiti, membuat orang lain patah semangat, lebih baik memilih diam. Jika tangan tak bisa mengulurkan bantuan, setidaknya jangan menerima suap atau menggunakannya untuk menampar. Jika tak bisa membuat orang lain bahagia, setidaknya jangan membuat orang lain terluka, yang akan mendorongnya mendoakan kemalangan kita. Karena Tuhan mengabulkan doa orang yang teraniaya, cepat atau lambat.
Pahlawan, tidak hanya tercipta dari mereka yang dari lahir memiliki hati yang mulia. Pahlawan juga bisa tercipta oleh keadaan. Seorang pelacur terpilih sebagai penghuni surga, karena memilih memberikan air minumnya demi kelangsungan hidup seekor anjing daripada dirinya sendiri. Tuhan tak memilih profesi, melainkan hati.
Ketika kita peduli dan menyumbang sebagian rizki atau memilih menjadi sukarelawan bencana alam, maka kita telah berproses menjadi pahlawan. Jika menjadi pejabat kita belum tergerak menolong rakyat yang kesusahan, setidaknya janganlah mengeluarkan pernyataan yang membuat luka hati para korban. Atau datang ke lokasi bencana dengan membawa simbol-simbol yang ingin dijual, atau rombongan pengamanan yang merepotkan. Berusaha menarik simpati para korban, menaikkan popularitas diri dan ditukar dengan bantuan ala kadarnya yang dibawa. Sama artinya kita telah menjadi pahlawan yang paling dibenci dan dihindari….”Pahlawan Kesiangan”.
Pahlawan hanya patut disandangkan kepada warga negara yang telah begitu banyak berjasa kepada bangsa  dan pengorbanan mereka telah terbukti memberikan perubahan bermakna bagi kehidupan bangsa. Baiklah, memang gelar pahlawan itu hanya di sandangkan ketika sosok berjasa itu telah wafat. Namun untuk menjadi pahlawan saat ini tidak perlu harus mati, tapi kerjakanlah segala sesuatu yang baik dan berguna bagi sesama. Kalau untuk itupun anda belum bisa, cukup mulailah dengan mendukung dan tidak mengacaukannya.
Selamat Hari Pahlawan kepada semua pahlawan yang dikenal maupun tidak, yang telah tiada maupun yang masih hidup, yang pahlawan pejuang maupun pahlawan kebenaran.



“Pahlawan adalah diri kita sendiri, bagaimana kita bisa bersikap layaknya seperti pahlawan. Cintai dan pertahankanlah negaramu apapun keadaannya. BERBUATLAH DENGAN HATI, bukan berbuat sesuka hati”

Presented By :
AKHMAD RIZAL BAHARI (akhmadrizz)
S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014

Oleh : NADIA ABIDA MUFITA SANI
Setiap orang saat mendengar kata pahlawan pasti selalu mengarah kepada pahlawan perjuangan
kemerdekaan bersenjata, namun tidak bagiku. Bagiku, gelar pahlawan dapat diberikan kepada siapa saja yang memiliki arti penting dan berjasa di dalam kehidupan, bukan hanya beliau yang memperjuangkan kemerdekaan. Iya, arti penting dan berjasa, Kedua Orang Tuaku memiliki arti penting dan berjasa di dalam kehidupanku maka dari itu kusebut mereka dengan sebutan “Pahlawan”, Pahlawan tak bersenjata lebih tepatnya.
Bapak dan Ibuk, panggilan tersayang untuk Pahlawanku, Pahlawan tak bersenjata. Masih teringat jelas dipikiranku, tentang semua jasa-jasa mereka yang selama ini mereka gunakan untuk memenuhi semua kebutuhanku. Masih teringat pula, semua kesabaran hatinya menghadapi semua sikapku, sikap yang seringkali membuatnya jengkel hingga kerepotan. Dan masih terekam jelas tentang semua kebersamaanku setiap waktu dengannya yang kini tak lagi dapat kulakukan setiap waktu. Karena kini, aku harus meneruskan studyku ke luar kota, sehingga jarak dan waktu memisahkanku dengannya. Namun hal itu bukan masalah besar, karena kami selalu berkomunikasi melalui telepon ataupun media sosial.
Bapak, setiap hari dari pagi hingga sore meninggalkan rumah untuk mencari nafkah demi keluarga dan mencukupi kebutuhan keluarga. Masih kuingat tiga tahun yang lalu ketika pagi tiba, beliau harus mengantarkanku dan adik untuk pergi ke sekolah lantas setelah itu bergegas untuk pergi ke kantor dan ketika siang-sore tiba harus menjemputku serta adik untuk pulang ke rumah kemudian beliau kembali lagi ke kantor. Tak terbayangkan bagaimana letihnya, Letih? Pasti iya, namun beliau tak pernah menunjukkan letih dihadapan anak-anaknya.
Ibuk, setiap pagi membereskan rumah serta menyiapkan hidangan makan untuk keluarga. Ketika rumah sudah beres beliau pergi ke sekolah untuk menjadi pengajar dari pagi hingga siang hari. Setelah menjadi pengajar di sekolah, beliau menjadi pengajar di rumah untuk anak-anaknya. Tak pernah tersirat dipikiran bagaimana letihnya, namun beliau juga tak pernah mengatakan letih dihadapan anak-anaknya.
Orang tua selalu memberikan yang terbaik hingga merelakan banyak hal demi anak-anaknya. Tak akan ada habisnya jika kita harus menjelaskan semua tentang orang tua, sudah banyak jasa yang telah mereka berikan kepada anak-anaknya. Maka dari itu kita sebagai anak harus menghormati, patuh, menyayangi dan tak lupa untuk selalu mendoakan agar orang tua selalu sehat serta panjang umur dan dapat menemani hingga anak-anaknya sukses kelak. Aamiin..