Selamat datang kembali di halaman
web Argabayu Nganjuk
Kali ini penulis memberikan sebuah
ilustrasi nyata. Yaitu tentang seperti teman-teman pejuang SBMPTN sekalian
alami dan rasakan, tentang kegalauan memilih jurusan dan kampus idaman. Tulisan
ini penulis kutip seluruhnya dari majalah Nurul Hayat edisi bulan mei tahun
ini. Ditulis oleh saudari Fitria Fatwa, menceritakan kegalauan yang biasa dialami siswa yang hendak lulus dan menentukan
pilihan pendidikan tinggi mana yang akan dituju.
Sumonggo
dipun waos !! :)
Astaghfirullaah.
Tak henti -hentinya saya beristighfar apa bila teringat pengalaman ini.
Pengalaman yang membuat saya kembali ke titik awal sebuah perjuangan,
pengalaman yang dapat membawa saya memahami arti sebuah niat. Ya, terdengar
amat klise, tentang NIAT. Tapi, niat inilah yang seharusnya akan menuntun
visi-misi kita. Niat yang menjadi pondasi awal langkah kita kedepan sekaligus
cerminan dari kita. Innamal a'malu
binniat, sesungguhnya amal perbuatan bergantung pada niatnya. Apabila
berniat baik dan nawaitu karena
Allah, maka hidup kita akan benar dan sampai pada tujuan. Tetapi sebaliknya,
sebuah niat yang salah bakal menjadi jurang yang membuat kita terperosok
didalamnya.
Pengalaman ini dimulai ketika saya duduk
di bangku SMA. Saat itu terjadi puncak kegalauan pada hidup saya. Terkesan
lebay? Tidak, karena kebanyakan siswa juga mengalami hal yang sama. Karena
sebentar lagi harus menentukan akan kuliah di jurusan apa, atau bekerja dimana.
Di titik ini, saya harus menentukan arah mana yang saya tuju.
Alhamdulillaah,
atas izin Allah, saya mendapat nilai yang lumayan bagus. Berbekal itu saya
merasa saya bisa dan sangat ingin melanjutkan pendidikan ke salah satu kampus
paling prestisius di republik ini, Universitas Indonesia.
Saya masih ingat ketika ibu
mengatakan "Nduk, terserah kamu mau kuliah dimana saja, Ayah dan Ibu pasti
mendukung keputusanmu, dan kami hanya bisa mendoakanmu. Tapi, apa tidak
sebaiknya yang dekat-dekat saja, seperti di Surabaya misalnya? Kan sama-sama
kampus negeri juga".
Saat itu, kalimat ibu seperti masuk
kuping kanan dan keluar dari kuping kiri. Sama sekali tidak saya jadikan
pertimbangan. Malah saya membatin,
"Halah Bu, kalau saya diterima di UI paling Ibu juga ikut bangga
kan?".
Hari berganti, saya masih juga
terobsesi dengan UI dan tentunya dibalut dengan sedikit kesombongan dan
idealisme anak muda. Waktu itu, entah apa yang membuat saya terlalu pede sehingga saya memilih UI untuk
seleksi jalur undangan. Apa yang terjadi? Ternyata, saya gagal. Saya tidak
berhasil menembus kampus berjuluk yellow
jacket itu. Tentu rasanya amat terpukul.
Tapi saya tak mau lama-lama tepuruk
dalam kesedihan. Saya ikut tes PTN lain, dengan perjuangan yang cukup berat dan
menguras tenaga. Atas izin Allah, Alhamdulillaah,
saya diterima sebagai mahasiswi Universitas Airlangga.
Saat itu saya merasa amat bahagia.
Di titik ini, saya mulai menyadari bahwa perkataan Ibu waktu itu benar adanya
dan memang rezeki saya ada disini. Karena itu, setiap bulan saya bisa
menyempatkan diri untuk pulang kampung, mengunjungi Ayah dan Ibu di rumah.
Selain itu, pulang kerumah pastinya juga dapat meng-upgrade niat saya kembali. Terimakasih Ayah Ibu yang tak pernah
lelah memotivasi dan mendoakan saya, yang selalu mendukung saat semuanya terasa
sulit. Maafkan anakmu yang belum bisa membalas apa-apa.
Dari sini saya menyimpulkan himah
dari kejadian ini. Bahwa dalam rangka berjuang menggapai impian, saya sudah
berdoa dengan menjalankan perintah Allah baik itu wajib ataupun sunah. Namun,
ketika hati kita sedang sakit, sakit karena kesombongan maka akan memperburuk
niat, dimana hati sebenarnya dapat melihat, merasakan, dan mengatakan
kebenaran, namun hanya karena setitik kesombongan, semuanya menjadi buta.
Akhirnya ya sama saja hasilnya seperti melakukan hal yang sia-sia.
Tetapi ketika niat kita karena
Allah, karena ingin membahagiakan orang tua, pasti Allah akan membantu kita.
Pasti Allah akan mengarahkan dan membimbing kita ke jalan lurus yang sudah
Allah pilihkan untuk kita. Saya juga sadar bahwa saya tidak bisa selalu menjadi
pribadi idealis dalam setiap hal, karena sebenarnya Allah tidak memberi apa
yang kita inginkan, tetapi memberi apa yang kita perlukan, karena apa yang kita
inginkan belum tentu baik untuk kita kedepannya. Ya, kembali untuk kita, betapa
Allah menyayangi kita.
Karena pengalaman itu pula, saya
ingat mengenai nasehat lama tentang tiga perkara tentang doa. Yaitu berdoa
kepada-Nya, maka Allah akan memiliki tiga jawaban atas doa kita yaitu "Ya
!", "Tunggu !", dan
"Tidak !". Artinya saat Allah menjawab "Ya", maka
doa kita dikabulkan, terbukti dengan terwujudnya apa yang kita inginkan.
Ketika Allah belum mengabulkan, maka
ada dua alasan, yaitu "Tunggu !", berarti Allah menyuruh kita untuk
bersabar tentang keinginan tersebut, Mungkin ada maksud lain, seperti kita
kurang bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, atau kita kurang pantas karena
kekurangan ibadah kita seperti sedekah dan sebagainya.
Sedangkan ketika Allah mengatakan
"Tidak !", bukan berarti Allah tidak mengabulkan doa tersebut untuk
kita. Tetapi yakinlah Allah akan menggantinya yang lebih baik, dan pastinya
terbaik untuk kita diwaktu yang lain.
Nasehat lama itulah yang membuat
saya percaya bahwa hidup ini ada yang mengatur. Bahwa kita harus berusaha,
tetapi kita juga harus menyerahkan hasilnya pada Allah. Apapun hasilnya kita
harus menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Tetap ber-khisnudzon pada Allah karena Allah maha tahu apa yang terbaik untuk
kita.(*)
Selesai
Bagaimana teman-teman pejuang? Apa
yang teman-teman fikrikan dan mungkin mbatin
sama tulisan diatas? Sudah dapat point-point pentingnya? Semua kembali pada
diri masing-masing. Bukan berarti yang Ngotot
masuk ke PTN prestisius itu adalah
sekumpulan fikiran dan ambisi yang sombong, tetapi bagaimana sih atau atas dasar apa sih teman-teman mengincar salah satu
PTN? Apakah karena kampusnya yang terkenal, apakah karena ingin membahagiakan
dan memudahkan orang tua, apakah jurusannya yang diminati, atau bahkan ada
jurusan yang diminati, yang sebenarnya ada di kampus yang lebih diridlai orang
tua, memilih di kampus pilihan karena nama besarnya? Semoga dengan pengalaman
singkat diatas bisa membuka salah satu jalan fikiran jernih teman-teman. Ayo, perbaiki
diri dan mari kembali pada niat yang baik.
Semoga yang teman-teman pejuang
SBMPTN harapkan dapat terkabul. Semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuk
kita. Aamiin
Salam Semangat
Argabayu Nganjuk
Bersinergi Untuk
Mengabdi