Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan
 Oleh : Doni Pebruwantoro

Hari ini adalah tanggal 6 april yang diperingati sebagai hari nelayan. Saya ucapkan banyak terimakasih kepada para nelayan Indonesia atas jasa mereka yang telah menyumbangkan banyak devisa negara meskipun hidup mereka pas-pasan. Mungkin bukan hanya guru saja yang dibilang pahlawan tanpa tanda jasa dan bukan hanya TKI/TKW yang dibilang pahlawan devisa negara, mereka para nelayan adalah pahlawan tanpa tanda jasa sekaligus pahlawan devisa negara.
Luas negara Indonesia sebagian besar adalah perairan yang mencapai 70% dari total seluruh wilayah Indonesia, oleh karena itu Indonesia merupakan negara poros maritim terbesar di dunia. Ikan adalah salah satu harta karun yang tersimpang di dalam tumpukan air laut. Menurut data FAO 2014 hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia hampir mencapai 5,5 juta ton pada tahun 2012. Akan tetapi ironis rasanya jika kita melihat kehidupan sehari-hari nelayan di pesisir pantai, jauh dari kata mewah dan hedonisme. Kemudian kemana larinya uang hasil tangkapan ikan sebanyak 5,5 juta ton tadi? Apakah hanyut ditelan ombak atau tenggelam ke dasar palung dunia? Entahlah kemana uang tersebut larinya, saya disini hanya ingin sedikit bertukar pikiran mengenai kebijakan pemerintah dimana diwakili oleh KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) tentang rencana pembuatan Undang-undang Perlindungan nelayan, petani garam dan petani budidaya. Apakah undang-undang tersebut penting? Menurut saya sangat penting, karena sebagai payung hukum yang nantinya dijadikan sebagai perlindungan bagi nelayan khususnya. Dan apakah kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut sudah relevan terhadapat kondisi nelayan dilapangan saat ini? Bagaimana win-win solution untuk mengurangi kontra di masyarakat? Manakah yang harus diselesaikan dulu, masalah edukasi, ekonomi atau ekologi? Mari saatnya membahas satu persatu dengan ditemani segelas susu dan sebait lagu hehehe.
Diatas saya sudah berpendapat bahwa saya mendukung pembentukan UU perlindungan nelayan. Selama ini nelayan hidup dalam ketidakpastian hukum, hidup dibawah mafia perikanan dan dipermainkan layaknya bola yang dilempar kesana kemari. Pembentukkan UU perlindungan nelayan ini diharap dapat menjamin kehidupan sosial dan ekonomi nelayan kearah lebih baik. Meskipun hasil dan efek dari pembuatan UU ini tidak bisa langsung dirasakan satu atau dua bulan karena semuanya butuh waktu dan merubah permasalahan yang kompleks seperti ini tidan semudah membalikkan telapak tangan. Mari kita sambut dengan tangan terbuka dan ikut mengawal niat baik pemerintah untuk pembangunan disektor maritim khususnya bidang perikanan. Dalam UU tersebut disebutkan dalam bagian kedua tentang sarana dan prasarana mulai pasal 14 sampai seterusnya bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang menunjang nelayan untuk beroprasi. Mulai dari kapal,  pelabuhan, jalur transpostasi darat dan masih banyak lagi. Niat baik pemerintah apakah akan kalian dustakan? Oh iya mungkin ini yang menjadi sedikit masalah dikalangan nelayan yaitu tentang pelarangan terhadap penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti cantrang. Nelayan mempermasalahkan karena dengan pelarangan tersebut hasil tangkapan mereka menurun drastis. Nelayan sudah terbiasa sejak dulu tapi mereka tidak sadar bahwa menggunakan perlatan tersebut dapat berakibat merusak ekosistem lingkungan laut. Sedikit melihat data statistik hasil tangakapan ikan dilaut Indonesia menunjukan bahwa terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Apakah yang terjadi? Efek dari illegal fishingatau dari penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan?
Penurunan hasil tangkap ikan disebabkan karena banyak faktor, contohnya adalah illegal fishing dan penggunaan alat tangkap. Maraknya illegal fishing sangat merugikan bagi bangsa Indonesia, berjuta-juta ton ikan Indonesia diangkut oleh kapal dari negara asing. Tetapi akhir-akhir ini masalah tersebut agak sedikit teratasi akibat dari pengawasan wilayah laut Indonesia oleh TNI AL. Kapal-kapal yang terbukti melakukan illegal fishing dibakar tanpa diberi ampunan. Yang menjadi masalah kali ini adalah penggunaan alat tangkap. Dalam peta navigasi daerah tangkapan ikan, sekarang laut jawa sudah melampaui ambang batas MSY (maximum suistanable year). Penangkapan yang terlalu berlebihan adalah penyebabnya. Semua ikan tertangkap oleh jaring nelayan baik itu ikan berukuran kecil maupun besar. Padahal ada ketentuan dari KKP yang menyatakan ukuran ikan yang boleh dijual dipasaran. Jangan salahkan orang lain jika tangkapan nelayan sekerang menurun drastis. Itu semua karena ulah mereka yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem laut. Pantas jika pemerintah melarang untuk pemakaian alat tangkap tak ramah lingkungan. Semua orang pasti tidak ingin bahwa hasil laut kita hilang atau bahkan punah. Oleh karena itu perlu diadakannya kontrol agar keseimbangan ekosistem dapat tercapai. Seolah-olah nelayan hanya bisa mengambil apa yang ada dilaut tanpa bisa menjaga keseimbangan laut.
Hasil tangkapan yang tidak pasti sudah menjadi masalah sehari-hari bagi nelayan. Beberapa solusi adalah dengan mengolah hasil tangkapan mereka menjadi produk olahan. Pengolahan dapat menaikkan nilai jual, yang semula ikan seharga Rp. 20.000 setelah diolah akan harganya bisa mencapai Rp. 100.000,00. Keuntungan yang didapatkan berkali-kali lipat. Saat tangkapan nelayan sepi, diharapkan dengan hasil penjualan produk olahan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Satu lagi solusi yaitu dengan membuat kawasan wisata kampung nelayan. Pembukaan tempat wisata dapat membuka lapangan perkerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
Di sini saya bukan bermaksud mengkambing hitamkan nelayan dan menganak emaskan pemerintah. Tapi mari kita saling bersinergi antara pemerinta, mahasiswa dan masyarakat nelayan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Pekerjaan rumah klasik yang dihadapi pemerintah dari tahun ketahun sama, hanya saja beban pemerintah semakin berat akibat dari krisis ekonomi global. Memberikan sosialisasi tetang kebijakan yang dibuat sangatlah penting agar tidak ada dusta diantara pemerintah dan nelayan serta tidak terjadi salah presepsi. Bisa dibilang nelayan Indonesia dalam bidang pendidikan sangat rendah jika dibandingkan dengan nelayan negara lain. Negara Jepang, nelayan adalah orang yang terdidik dengan kompetensi mumpuni. Norwegia dan Amerika nelayan yang berpendidikan tinggi ditunjang oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Nelayan Indonesia masih tetap saja memakai ilmu nenek moyang sebagai budaya mereka.

Tingkat pendidikan yang tinggi adalah salah satu indikator bahwa negara tersebut sudah maju. Seperti Pidato Perdana Menteri Jepang yang bertanya bahwa seberapa banyak guru yang tersisa setalah terjadi bom nuklir di Hirosima dan Nagasaki. Mengapa dia tak bertanya seberapa banyak pabrik yang tersisa atau seberapa banyak uang negara jepang? Dia tau bahwa pendidikan itu sangat penting dan menjadi kunci dalam upaya pembanguna sebuah negara. Negara hebat adalah negara yang berkarakter. Masalah klasik tentang pendidikan adalah masalah seluruh rakyat Indonesia. Membangun sebuah sistem pendidikan yang tepat bagi generasi muda calon pemimpin bangsa adalah tugas rumah kita bersama. Ingatkah kita akan hasil survei bahwa pada tahun 2045 Indonesia diprediksi menjadi negara emas yang banyak diisi oleh usia produktif. Kita yang natinya akan menjadikan negara ini sebagai Indonesia emas pada 2045 nanti. Kita yang akan memipin negara ini. Dan seorang pemimpin butuh sebuah karakter yang kuat. Karakter terbentuk karena sebuah proses yang lama bukan sesuatu yang instan. Oleh karena itu pentingnya pendidikan agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang kuat untuk membangun negara ini. Jayalah perikanan Indonesia, di laut kita jaya di darat kita sejahtera. JALESVEVA JAYAMAHE.

Oleh : Bella Tresna Natasha, A.Md

Kemarin adalah salah satu hari paling indah dalam hidupku. Wisuda; satu waktu yang paling dinanti mereka yang mencicipi bangku kuliah. Banyak orang yang menilai berlebihan pada capaianku hari itu. Menyelesaikan studi diploma dalam waktu 2,5 tahun, dengan IPK yang meski tidak luar biasa namun hampir ada di angka 3.5, dengan cukup pengalaman organisasi dan list prestasi yang membuat poin Sistem Kredit Prestasi ku nyaris berada di angka 500 (dengan ketentuan kampus minimal 80 poin). Percayalah, setiap capaian memiliki cerita perjuangannya sendiri. Semua “penyelesaian” ini bermula dari kisah seorang remaja galau yang merasa salah jurusan, merasa sudah gagal dari awal, dan tidak tahu bagaimana bisa bertahan hingga akhir.
Aku mengawali masa kuliah dengan kemuraman. Bagaimana tidak, aku ditolak mentah-mentah oleh program studi yang sudah ku idamkan sejak 5-6 tahun sebelumnya. Ditambah lagi saat itu aku berada di program studi yang tidak ku senangi. Semester pertama, aku sering melewati malam dengan tangisan, masih beum ikhlas dengan takdir. Iri pada mereka yang kuliah S1, sedangkan aku HANYA kuliah D3 dengan jurusan yang entah seberapa besar peluangnya di dunia kerja. Sebagai pelarian, aku mencoba menenggelamkan diri dalam berbagai macam kegiatan dan organisasi kampus. Pada awal perkuliahan, aku sempat aktif di tiga Unit Kegiatan Mahasiswa (semacam ekstrakurikuler di SMA), satu Unit Kegiatan Fakultas, dan Himpunan Mahasiswa Program Studi. Berhasil kah? Lumayan. Boleh lah sedikit stress saat kuliah, tapi bisa bersenang-senang dengan kegiatan organisasi.
Pada semester ketiga, aku kembali mengikuti SBMPTN dan diterima di salah satu kampus. Sayangnya, dengan jurusan yang tidak berbeda jauh dengan jurusanku saat itu. Tentu, di kampus yang baru ini aku diterima di program S1.  Dengan kenekatan, kuliah-lah aku di dua kampus pada semester itu. Pada waktu memutuskannya, aku berpikir, S1 tentu lebih baik daripada D3. Namun untuk melepaskan pendidikan D3-ku yang sudah setengah jalan juga sayang.
Kuliah “double-degree”ku hanya berjalan satu semester. Mengapa? Banyak alasan. Yang pertama, aku tidak menemukan kepuasan seperti yang ku kira akan ku dapat dengan memilih kuliah S1. Tidak ada bedanya, bahkan aku merasa lebih cocok kuliah di D3 mengingat lebih banyaknya praktek yang ku dapat daripada di S1 (aku tipe orang yang tidak terlalu nyaman belajar dengan buku-buku tebal). Kedua, kuliah di dua tempat tersebut semakin membuatku jenuh kuliah. Ibaratnya, sudah eneg dengan sepiring makanan, tapi malah berusaha melahap dua piring. Ketiga, kejenuhan pada kuliah semakin menumbuhkan keberanian untuk mengambil jalanku sendiri dalam mengembangkan passionku. Aku mulai ingin menambah porsi kegiatan-kegiatan yang “berguna” untuk perkembangan passionku.
Semester berikutnya, ku lepaskan kuliah S1-ku demi kuliah D3-ku. Menyesalkah membuang waktu satu semester di tempat lain? Tidak. Dari pengalaman itu, Allah menegurku untuk berhenti mengeluh dan menyalahkan keadaan. Allah menyadarkan bahwa Allah tidak pernah menjerumuskanku, Allah selalu memberikan yang terbaik bagiku. Begitupun dengan kuliahku saat itu. Semester empat, aku sangat fokus pada organisasi dan berbagai kompetisi tanpa meninggalkan kuliah. Pada semester itu-lah aku mulai memasang target untuk segera merampungkan kuliah pada semester lima, dan “membebaskan diri”. Pada saat ini pula aku mulai bekerja sebagai penyiar radio sebagai salah satu cara bagiku untuk “menyicil” karirku kedepannya nanti, tentunya juga sebagai tambahan media penyaluran passion.

Semester lima, bisa dikatakan sebagai semester terberat selama masa perkuliahan. Dimulai dengan perjuangan untuk bisa menjalankan Praktek Kerja Lapangan seorang diri di Bank Indonesia, perjuangan mengurus kelas mata kuliah Agama Islam II untuk merger dengan jurusan lain (karena jurusanku tidak buka mata kuliah itu di semester ganjil), beban mata kuliah yang masih full 24 SKS dijalani bersamaan dengan pengerjaan tugas akhir, tanggung jawab kepengurusan organisasi, dan pekerjaan sebagai penyiar radio yang tentunya harus profesional. Jarang tidur, pola makan tidak karuan, dan beban pikiran yang tidak pernah berkurang sempat membuatku terbaring di rumah sakit beberapa hari menjelang UTS. Semester lima adalah saat dimana aku jarang mengikuti kuis, absen di banyak presentasi, dan minim sumber belajar untuk ujian. Sungguh, perjuangan yang luar biasa sampai akhirnya bisa menyelesaikan semester terakhir tersebut dengan IPK yang masih terselamatkan meskipun turun, dan tetap menyelesaikan tanggung jawab organisasi dengan bantuan teman-teman yang penuh pengertian, serta menambah daftar prestasi.
Kini perjuanganku selanjutnya baru saja meninggalkan garis start. Apa yang akan ku lakukan, masih menjadi rahasia Allah, hehe. Tentu proposal rencana masa depan sudah ku ajukan ke hadapan-Nya, apakah segera di-acc atau ada yang direvisi, aku pun masih penasaran menunggu hasilnya. Yang jelas, saat ini aku tidak lagi khawatir pada satu pertanyaan yang ku sampaikan di awal tulisan ini, tentang seberapa besar peluang kerja dari program studi atau kampusku. Pekerjaan itu soal kemampuan diri sendiri, tidak cukup dengan nama universitas, program studi, bahkan IPK yang kita miliki (statement ini disampaikan oleh seseorang yang sudah pernah bekerja juga lo, bukan hanya ucapan optimistik seorang fresh graduated).
Intinya, dimanapun kalian berada saat ini, wahai calon mahasiswa dan mahasiswa yang sedang berjuang, bersyukurlah karena Tuhan pasti memilihkan tempat terbaik bagi kalian. Jangan berhenti bergerak dan mengutuk tembok di depan kalian, teruslah berlari dan temukan jalan yang lain. Meski memutar dan jaraknya lebih jauh, bukan berarti kalian tidak bisa sampai di tujuan. Percayalah pada kemampuan kalian dan hargai keinginan Tuhan untuk meng-upgrade kemampuan kalian dengan memberikan medan yang terjal. Di dunia ini, tidak ada kesuksesan yang tidak memiliki cerita tentang rasa sakit dan air mata.

Surabaya, 21 Maret 2016

Oleh : DWI FITRIANA


Tanggal 10 November setiap tahunnya di Indonesia, pasti ada. Semua orang

pasti sering mendengar satu kata penting pada pada tanggal tersebut. Kata apakah

itu? Ya, satu kata yang punya arti penting di negara Indonesia. Yaitu kata

“Pahlawan”. Pada hari itu, memang diperingati hari pahlawan di Indonesia. Karena

pada tanggal 10 November terjadi pertempuran untuk membela negara Indonesia.

Namun, apakah semua orang tahu siapakah itu pahlawan? Mungkin belum semua

tahu apa pengertian dan siapakah pahlawan itu.

Pahlawan adalah seseorang yang telah berjuang demi tanah air Indonesia

dan gugur dalam medan pertempuran demi membela, menjaga serta menegakkan

kemerdekaan Republik Indonesia. Pada hakikatnya, mereka para palawan berjuang

bukan untuk menyombongkan dirinya, bukan untuk pamer atas namanya dan

jasanya, dan bukan pula untuk ingin dihargai dan berharga di mata orang lain.

Namun, untuk apa mereka berjuang? Keinginan mereka itu adalah untuk membela

tanah air Indonesia agar mampu merdeka untuk selama-lamanya, tanpa ada jajahan,

tanpa penderitaan dan tanpa ada tekanan dari orang lain maupun bangsa lain. Entah

harus dengan pulang tanpa nama ataupun pulang dengan mandi darah, mereka tetap

ingin berjuang untuk Indonesia, untuk rakyat Indonesia, untuk kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan untuk masa depan Indonesia.

Apakah dengan usaha dan perjuangan yang seperti itu Bangsa Indonesia

bisa merdeka? Ya, memang dengan usaha yang seperti itu Bangsa Indonesia bisa

merdeka. Maka dari itu, kita harus menghargai jasa mereka. Kita harus bisa

mengambil nilai positif dari mereka. Para pahlawan itu, adalah orang yang berjasa

bagi kita masa kini. Apabila mereka sang pahlawan tidak berjuang memerdekakan

bangsa kita ini, kita tidak akan hidup nyaman, tanpa jajahan dan tanpa penderitaan

dari bangsa lain. Kita patut menghargai dan menghormati pahlawan-pahlawan kita.

Entah pahlawan revolusi, pahlawan proklamator, maupun pahlawan-pahlawan lain.

Kita harus bisa mencontoh sikap-sikap mereka. Kita harus

mengimplementasikan sikap yang nasionalisme dan patriotisme kita dalam

kehidupan Indonesia masa kini. Meskipun terlihat nyata bahwa bangsa kita ini

tidak dijajah, namun, tengoklah di kehidupan nyata ini. Bangsa kita benar-benar

nyata mengalami degragasi moral maupun mental. Lihatlah di dalam maupun di

luar daerah sana, masih dalam Negara Indonesia, korupsi, kolusi dan nepotisme

merajalela, kemiskinan menambah, pengangguran mencapai titik yang cukup

tinggi, pembakaran hutan oleh oknum-oknum tak dikenal, pembegalan kendaraan

bermotor dan masih banyak kejadian-kejadian lain di negeri Merah Putih ini. Kita

harus mampu, kita harus bisa memerangi hal-hal buruk yang akan mengancam

kehidupan anak cucuk kita di masa yang akan datang.

Pada tanggal 10 November 2015, dengan tema “Semangat Kepahlawanan

Adalah Jiwa Ragaku” pada hari pahlawan ini, kita sebagai para pemuda-pemudi

Indonesia harus mengimplementasikan semangat kobar pahlawan yang tertanam

dalam jiwa raga kita dalam kehidupan kita untuk memperbaiki tatanan kehidupan

negara Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan, entah bidang hukum, sosial,

budaya, ekonomi maupun politik. Kita harus memerangi berbagai ragam

permasalahan yang ada dengan menambah mutu pendidikan, mutu teknologi, mutu

perekonomian maupun dengan meningkatkan mutu pada bidang yang lain.

Oleh karena itu, sebagai pemuda-pemudi Merah Putih, kita harus mampu

menjaga, membela dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatun Republik

Indonesia, dengan semangat jiwa pahlawan yang ada dalam jiwa raga kita dan

dengan semangat nasionalisme dan semangat patriotisme. Dengan meningkatkan

kualitas mutu pendidikan maupun bidang lainnya serta melakukan aksi nyata baik

yang ada sehingga membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi dari yang

sebelumnya.

DWI FITRIANA

UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM, NGANJUK

IMPLEMENTASI JIWA PAHLAWAN DALAM JIWA RAGA PEMUDA

INDONESIA_085649414902
Oleh : Debby Pamungkas

move on? kata yang sangat fenomenal di kalangan generasi muda zaman sekarang. kalian susah move on? HAHA sama aku juga-_-

hmm move on tak melulu soal cinta. tapi kali ini move on dari sejarah masalalu. bukan sejarah masalalu bersama mantan. sekali lagi, masalalu tak melulu berkaitan dengan mantan.
pernah mendengar istilah JAS MERAH? Yap! JAS MERAH (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) merupakan kata-kata Bung Karno kepada rakyat Indonesia pada setiap pidatonya. pada saat itu, Bung Karno mengatakan kepada rakyat Indonesia bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa pahlawannya. dengan ini tentunya rakyat Indonesia dapat mengenang perjuangan pahlawan melalui sejarah bangsanya.
bayangkan tiap malam kalian selalu bernostalgia mengenang masalalu bersama mantan, namun tak sekalipun kalian berpikir untuk mengenang jasa para pahlawan. yang faktanya mantan tak lebih berjasa daripada pahlawan! oh sungguh betapa mudahnya kalian move on dari sejarah perjuangan bangsa ini.
para pahlawan yang rela bertumpah darah, mempertaruhkan nyawa, demi tanah air ibu pertiwi. lalu kita dengan percaya diri hanya menjadi penikmat dari itu semua. oh hanya penikmat? betapa gagalnya kita menjadi seorang generasi muda penerus bangsa jika dengan bangga hanya menjadi seorang penikmat.
teruskan perjuangan para pahlawan mengusir penjajah! karena kita sekarang berada dalam negeri yang terjajah oleh rakyatnya sendiri.
meminimalisir penggunaan produk luar negeri! jadilah generasi muda yang cinta produk dalam negeri.
brantas korupsi sejak dini. "bilang tidak untuk menyontek!"
brantas pemikiran masyarakat yang lebih menghargai nilai dibandingkan dengan proses.
saatnya kita bangkit dan membawa perubahan tanpa harus meninggalkan dan melupakan sejarah masalalu.
karena masalalu selalu punya banyak cara untuk membuat kita melakukan yang lebih dan lebih baik lagi.
so, 10 november kali ini generasi muda dilarang keras untuk move on dari masalalu! anggap pahlawan sebagai mantanmu yang sulit kalian lupakan jasa-jasanya! HAPPY HEROES DAY! Never stop dreaming!

Oleh : NADIA ABIDA MUFITA SANI
Setiap orang saat mendengar kata pahlawan pasti selalu mengarah kepada pahlawan perjuangan
kemerdekaan bersenjata, namun tidak bagiku. Bagiku, gelar pahlawan dapat diberikan kepada siapa saja yang memiliki arti penting dan berjasa di dalam kehidupan, bukan hanya beliau yang memperjuangkan kemerdekaan. Iya, arti penting dan berjasa, Kedua Orang Tuaku memiliki arti penting dan berjasa di dalam kehidupanku maka dari itu kusebut mereka dengan sebutan “Pahlawan”, Pahlawan tak bersenjata lebih tepatnya.
Bapak dan Ibuk, panggilan tersayang untuk Pahlawanku, Pahlawan tak bersenjata. Masih teringat jelas dipikiranku, tentang semua jasa-jasa mereka yang selama ini mereka gunakan untuk memenuhi semua kebutuhanku. Masih teringat pula, semua kesabaran hatinya menghadapi semua sikapku, sikap yang seringkali membuatnya jengkel hingga kerepotan. Dan masih terekam jelas tentang semua kebersamaanku setiap waktu dengannya yang kini tak lagi dapat kulakukan setiap waktu. Karena kini, aku harus meneruskan studyku ke luar kota, sehingga jarak dan waktu memisahkanku dengannya. Namun hal itu bukan masalah besar, karena kami selalu berkomunikasi melalui telepon ataupun media sosial.
Bapak, setiap hari dari pagi hingga sore meninggalkan rumah untuk mencari nafkah demi keluarga dan mencukupi kebutuhan keluarga. Masih kuingat tiga tahun yang lalu ketika pagi tiba, beliau harus mengantarkanku dan adik untuk pergi ke sekolah lantas setelah itu bergegas untuk pergi ke kantor dan ketika siang-sore tiba harus menjemputku serta adik untuk pulang ke rumah kemudian beliau kembali lagi ke kantor. Tak terbayangkan bagaimana letihnya, Letih? Pasti iya, namun beliau tak pernah menunjukkan letih dihadapan anak-anaknya.
Ibuk, setiap pagi membereskan rumah serta menyiapkan hidangan makan untuk keluarga. Ketika rumah sudah beres beliau pergi ke sekolah untuk menjadi pengajar dari pagi hingga siang hari. Setelah menjadi pengajar di sekolah, beliau menjadi pengajar di rumah untuk anak-anaknya. Tak pernah tersirat dipikiran bagaimana letihnya, namun beliau juga tak pernah mengatakan letih dihadapan anak-anaknya.
Orang tua selalu memberikan yang terbaik hingga merelakan banyak hal demi anak-anaknya. Tak akan ada habisnya jika kita harus menjelaskan semua tentang orang tua, sudah banyak jasa yang telah mereka berikan kepada anak-anaknya. Maka dari itu kita sebagai anak harus menghormati, patuh, menyayangi dan tak lupa untuk selalu mendoakan agar orang tua selalu sehat serta panjang umur dan dapat menemani hingga anak-anaknya sukses kelak. Aamiin..
Minggu 3 Mei 2015
                Dalam rangka peringatan Hari Jadi Kota Surabaya yang ke 722, banyak jadwal event yang diadakan oleh Pemkot Surabaya untuk memeriahkannya. Kemarin 3 Mei, salah satu rekan Argabayu, Agung Surya Nugraha (PPNS 2012) mengikuti salah satu acara perayaan yang diadakan dan mengambil beberapa gambar untuk dibagikan kepada kita pembaca yang belum sempat menghadiri semaraknya kota Surabaya.  And Check This Out !!!

                Minggu pagi 3 Mei, cuaca Surabaya yang redup disertai gerimis kecil yang merata tidak menyurutkan niat saya untuk tetap datang ke Tugu Pahlawan. Ada apa disana? Ada Parade Budaya Bunga 2015. Salah satu rangkaian acara hari jadi kota Surabaya yang diadakan oleh Pemerintahan Kota setempat.
                Saya berangkat dari ITS dan sampai di Tugu Pahlawan sekitar jam sembilan lebih sekian menit. Beberapa jalur ditutup membuat saya bingung untuk sampai ke Tugu Pahlawan karena hanya hafal satu jalan. Untunglah macetnya jalan itu juga jadi petunjuk, saya harus mengikuti kemacetan dan sampai. Alhamdulillaah.
                Sampai di lokasi, saya memarkirkan kendaraan di tukang parkir dadakan dan segera berlari menuju keramaian, perasaan sudah terlalu siang saya datang. Dan benar, sampai lokasi sudah sangat ramai dan MC acara sudah memberangkatkan banyak kontingen. Masih ada sekitar delapan kontingen yang belum diberangkatkan dari total sekitar 80 kontingen dari berbagai instansi, kampus, perusahaan, dan lembaga lainnya, sayang sekali terlewatkan. Peserta yang mengikuti Pwai Budaya dan Parade Bunga juga ada dari luar daerah, seperti Sleman, Makasar, Jombang, bahkan kabupaten kita tercinta, Nganjuk juga ikut berpartisipasi, tidak lupa juga ikatan keturunan Tionghoa, India, dan Arab.





                Marching Band : Di belakang adalah kontingen dari Politeknik Pelayaran Surabaya, sayang gak kelihatan, malah parah narsisnya, dan mbak      cantik yang gak taunya ikut foto :D


Penuh bunga : Rangkaian bunga, partisipasi Parade Bunga dari Rumah Bahasa, tepat sekali Tugu Pahlawan kelihatan, cantik kan? :D

                Acara di Tugu Pahlawan berakhir dengan pemberangkatan kontingen terakhir, yaitu dari Paguyuban Reog Ponorogo milik beberapa instansi di Surabaya dengan sekitar dua belas reognya. Saya lanjutkan datang ke balai kota. Sampai finish balai kota ternyata saya pun terlambat, saya hanya kebagian kedatangan kontingen yang sudah saya tonton di Tugu Pahlawan.

Kapal Bunga : Kontingen dari kampus perjuangan ITS, turut memeriahkan dengan Parade Bunga- nya yang bertemakan kapal, ciri khas kampus ITS


      


                Wayang Wong : Salah satu kontingen menampilkan budaya wayang wong lakon Rama                                                   Shinta, Rahwananya serem amat, burung Jathayu nya lucu ya? :D
     


                Penuh bunga : Salah satu kontingen dari sanggar budaya Krisna Surabaya.
    

                Mirip asli : Replika kuda dari kontingen perumahan elit di Surabaya.
   

                Gagah : Marching Band dari Politeknik Pelayaran Surabaya
    

                Terakhir : Kontingen terakhir dari kumpulan Reog milik instansi se Surabaya. 12 Reog gagah berjalan measuk garis finish
                
Selesai sudah ketika kontingen reog memasuki garis finish dan disambut oleh Walikota Surabaya ibu Tri Risma Harini. Saya langsung memasuki balai kota. Sempat heran karena di podium utama begitu ramai dikerumuni orang dan wartawan. Saya pun penasaran, ada apa gerangan? dan saya mendekat dan ikut berdesakan. Tidak saya sangka disana Ibu Tri Risma Harini, Walikota Surabaya sedang diwawancarai dan direbutkan kerumunan untuk saling foto bersama.
                Awalnya saya sungkan ikut berebut, tapi saya kagum dengan pendamping dan penjaga walikota yang tetap ramah terhadap ramainya masyarakat yang ingin foto bersama dengan walikota. Para penjaga walikota menjaga walikota tanpa harus marah dan membentak masyarakat yang berebut, mereka mempersilahkan dan mengarahkan masyarakat untuk foto bersama ibu Risma. Saya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar untuk berfoto bersama kontingen, sayangnya sudah terlambat para peserta kontingen sudah merapikan properti paradenya dan sudah pergi dari balai kota.
                Setelah berjalan-jalan di area balai kota mencari kontingen yang tersisa, saya kembali di podium utama. Melihat ibu Risma masih disana dan kerumunan masa sudah sedikit memudar, saya datang dan memberanikan diri meminta foto bersama dengan beliau. Hampir saja tidak dapat karena mungkin sebelum saya adalah orang terakhir yang ingin berfoto dengan beliau.
                walikota : "wes yaa"
                Saya         :  sambil berjalan cepat menghampiri  "Riyen bu, sepindah malih kulo nyuwun foto kalih panjengengan"
                walikota : "oohh iyaa ayoo"
               
                               

               Ramah dan keibuan : Beliau yang ramah, berhasil saya ajak foto bersama. :D
                Setelah jepretan pertama, saya sudahi dengan berterimakasih dan sungkem kepada beliau. Ingin saya menyampaikan kesan saya, tapi apa daya grogi sekali dan lupa yang mau saya ucapkan kepada beliau. Semoga berhasil memimpin kota pahlawan dan semakin dicintai rakyat.
       

                Sungkem : " Matursuwun sanget nggih Bu :)" "iyaa " dengan senyum lebarnya.
                Puas sudah bisa berfoto dengan ibu Risma, tidak sampai disitu, saya masih hunting hal-hal yang istimewa untuk diajak foto bersama. Saya melihat duta wisata Surabaya, Cak dan Ning Surabaya 2015. Tidak fikir panjang, karena mungkin duta wisatanya juga seumuran, saya langsung berani tanpa sungkan meminta foto dengan mereka. Pasti mereka juga senang menjadi teman foto, karena mereka populer hahaha.                               

                Duta Surabaya : Bersama Cak dan Ning Surabaya.
                Naah, pembaca sekalian, teman kita Agung Surya Nugraha sudah menceritakan bagaimana ramainya perayaan Parade Budaya dan Bunga Surabaya 2015. Kapan teman-teman ke Surabaya? Masih banyak looh yang seru lagi. Disini penulis sertakan jadwal rangkaian acara kota Surabaya.









                Jadi, kapam ke Surabaya? Salam semangat dari kami.

Argabayu
Bersinergi Untuk Mengabdi